Xander terbangun saat merasakan getaran halus pada ponselnya. Dengan kepala yang masih cukup berat ia membuka mata, meraba ke arah nakas mengambil ponsel yang dirasa sangat menganggu itu. Matanya sedikit memicing melihat Serena—sang istri yang melingkupi tubuhnya dengan mesra. Selimut tebal masih menggulung keduanya setelah pergumulan erotis yang terjadi. Xander rasa baru setengah jam ia tertidur sekarang harus bangun lagi. “Siapa yang telepon malam-malam begini, mati aja sana!” umpat Xander yang akhirnya mengangkat telepon itu dengan malas. “Halo.” “Tuan Xander, Kakak Anda masuk rumah sakit.” Mendengar kabar itu seketika mata Xander yang semula mengantuk menjadi terbuka lebar. Ia segera duduk membuat Serena sedikit terusik, namun hanya memutar tubuhnya membelakangi Xander. “Kenapa