"Hari ini saya minta Alina buat menemani saya ke undangan pernikahan teman saya. Alina pergi dari siang kan, Bu? Nah dari siang ini dia sudah pergi bareng saya, Ibu tahu kan kalau saya teman kerja Alina," kata Axel mulai menjelaskan yang sebenarnya terjadi pada Alina.
"Terus kenapa pulangnya malam, dan Alina tidur di mobil?" tanya Carissa penasaran karena masih belum percaya dengan ucapan Axel.
"Ya, Alina tidur karena dia capek. Seharian ini pergi, malam diajak ke undangan pernikahan. Begitu, Bu."
"Yakin cuma ke udangan aja? Enggak macem-macem? Maaf kalau Ibh berpikiran buruk sama kamu dan anak Ibu, eh, enaknya Ibu panggil apa?"
"Nama saya Axel, Bu. Saya sama Alina enggak melakukan apa yang Ibu pikirkan itu, kok. Alina anak baik, tidak mungkin kalau sampai dia merusak diri sendiri hanya untuk membayar utang. Ibu pasti lebih tahu Alina kan?"
"Bu, yang dibilang Mas Axel itu benar. Ibu jangan salah sangka lagi. Alina enggak macem-macem kok."
"Ya, maafkan Ibu ya, Nak Axel. Ibu panik karena Alina enggak pulang sampai jam segini, Ibu cari sampai ke jalan depan eh malah ngeliat Alina lagi tidur. Sekali lagi maafkan Ibu," ucap Carissa saat perasaan khawatirnya berkurang.
"Enggak apa-apa, Bu. Sekarang saya boleh pamit pulang? Mama saya juga nungguin saya di rumah."
"Iya, terima kasih sudah mengantar Alina pulang. Maaf kalau Alina banyak merepotkan kan, ya, Nak. Lain kali jangan ajak dia ke undangan, Ibu takut dia di sana malah bikin malu. Ibu enggak enak banget," ucap Carissa merasa tidak enak dengan kebaikan Axel.
"Alina enggak merepotkan, saya yang merasa terbantu. Pamit dulu ya, Lin. Assalamualaikum."
"Wa'alaikumsalam, maaf ya, Ibu sampai lupa bikin air minum," kata Carissa saat Axel menyalami tangannya.
"Enggak apa-apa, Bu. Saya pamit."
Axel meninggalkan rumah Alina kembali ke mobil. Axel merasa lebih segar setelah tidur sebentar di mobil, sehingga dia bisa langsung melanjutkan perjalanannya pulang ke rumah.
"Nak Axel itu temen kerja kamu? Kok kalau dilihat dari penampilannya enggak kaya orang susah. Apa dia bos kamu? Yang punya gerai kopi itu? Orangnya ganteng banget, ya?" tanya Carissa setelah menutup pintu rumah.
"Ya, Mas Axel itu memang Bos Alin, Bu. Dia orangnya baik banget."
"Alhamdulillah kalau Nak Axel itu naik sama kamu, Ibu enggak perlu khawatir lagi. Tapi inget kamu juga harus bisa jaga diri, jangan jadi perempuan gampangan yang mau diajak sana sini sama laki-laki. Kita boleh miskin, hidup susah tapi tetap harus punya prinsip."
"Iya, Bu. Alin pamit mau tidur dulu ya, ngantuk banget. Besok harus masuk lagi, hari minggu kan rame, Bu."
Alina masuk ke kamarnya, sebelum tidur dia sempatkan untuk membersihkan wajahnya dan mengganti pakaian. Alina melanjutkan tidurnya yang sempat terjeda.
***
"Dari mana? Kok baru pulang. Mama curiga sama kamu pulang tengah malam begini?" tanya Bu Gina yang duduk di ruang tamu saat Axel masuk rumah.
"Baru pulang dari nganter Alin, kata Mama kan harus diantar sampai rumah," jawab Axel jujur pada mamanya.
"Kok pulang tengah malam? Kamu enggak habis check in kan sama Alin? Masa iya nganter pulang sampai tengah malam?"
"Astaghfirullah, enggak Mama, enggak Ibunya Alin sama aja, mikirnya negatif semua. Tadi di jalan pulang Alina itu ketiduran di mobil, jadi Axel biarin aja sampai bangun. Terus Ibunya Alina nyariin sampe ketemu di mobil."
"Yakin kamu enggak macem-macem?" tanya Bu Gina menyelidik.
"Gimana caranya biar Mama enggak curiga terus sama aku? Ya memang dulu Axel pernah nikah, tapi kan enggak bikin aku jadi orang yang pengen melakukan itu dengan pacar sebelum nikah, Ma."
"Kamu mau tahu aja atau tahu banget?"
"Ma, jangan becanda deh. Aku lagi serius banget ini."
"Ya sudah, kalau memang kamu serius, ajak Mama ke rumah Alina. Kita kamar dia terus kamu nikah."
"Harus begitu?"
"Iya, harus. Kamu enggak tau kalau Mama udah ngebet banget pengen punya cucu, karena anak Mama cuma kamu, ya mau enggak mau kamu cepet nikah lagi, biar Mama cepet gendong cucu."
"Mama bisa cari di panti asuhan kalau pengen cepet dapet cucu," ucap Axel santai.
"Itu bukan anak kandung kamu, Mama pengennya cucu dari anak kandung Mama, titik."
"Aku pikir-pikir dulu ya, Ma."
"Jangan kelamaan, takutnya Alina diambil orang."
"Ya kalau Alina sama yang lain berarti enggak jodoh sama anak Mama satu-satunya ini."
"Kamu enggak serius kali sama Alin."
"Ya kalau enggak jodoh kan enggak bisa dipaksa, Ma. Udah ya Axel mau tidur dulu, capek jalan seharian. Besok mau inspeksi dulu ke gudang."
Axel meninggalkan mamanya yang masih bertanya-tanya keseriusan Axel pada Alina.
***
Satu minggu kemudian. Setelah subuh terjadi keributan di rumah kontrakan Alina dan Bu Carissa. Pemilik kontrakan meminta mereka untuk pindah saat itu juga. Rumah yang sekarang ditempati oleh Carissa dan Alina sudah dibeli oleh seseorang dan meminta penghuninya pindah saat itu juga.
Alina tidak terima diminta segera pindah, karena dia harus membereskan barang-barang yang ada di dalam rumah, dan harus mencari tempat tinggal baru, dan itu tidak mudah. Alina meminta waktu untuk pindah, karena harus mencari tempat tinggal baru.
Tetapi pemilik rumah tidak memberikan izin bahkan dia ingin Alina segera mengeluarkan semua barang dan pindah saat itu juga.
Alina dan ibunya bergegas mengeluarkan semua barang dari dalam rumah, meletakkan di luar. Mereka mengangkat semua sehingga tidak ada yang tertinggal.
Alina menelpon Calista, karena yang terpikirkan olehnya hanya sahabatnya itu.
"Assalamualaikum, Lis, kamu bisa ke sini sekarang enggak?" tanya Alina saat Calista menerima panggilan.
"Pagi buta begini? Ada apa?"
"Aku sama Ibu diusir pemilik kontrakan. Harus pindah sekarang juga. Katanya rumah ini sudah dijual. Aku boleh enggak nitip Ibu di rumah kamu. Hari ini aku harus kerja, paling aku izin pulang cepet buat nyari kontrakan baru."
"Ok. Terus barang-barang kamu gimana?"
"Aku titip tetangga sini dulu. Kayaknya aku mau cari rumah yang deket sini aja biar gampang mindahin barangnya."
"Ya sudah, aku ke sana sekarang. Kamu jangan kemana-mana."
"Aku mau kemana? Enggak ada tempat tujuan."
"Aku ke sana sekarang, tunggu aku datang. Assalamualaikum."
"Wa'alaykumussalam."
Alina menghampiri ibunya yang sedang duduk di teras rumah bersama barang-barang milik mereka.
"Bu, kita titip dulu semua barang ini di rumah Bu Tyo, Callista mau jemput bawa kita ke rumahnya. Ibu tinggal di sana sebentar, pulang kerja Alin cari rumah kontrakan baru."
"Ibu enggak usah ikut ke rumah Calista. Ibu nunggu kamu di rumah By Tyo aja sampai kamu pulang kerja sekalian nungguin semua barang ini."
"Ibu enggak apa-apa nunggu di sana? Ya udah, Calista udah terlanjur jalan ke sini. Kita pindahin dulu semua barang ini ke rumah Bu Tyo ya, Bu."
Alina dan Carissa gotong royong mengangkat barang-barang mereka ke rumah Bu Tyo. Keluarga Bu Tyo ikut membantu Alina dan ibunya memindahkan semua barang ke rumah Bu Tyo.