Brama berjalan cepat menghampiri Nawa. Ia mencekal tali tas wanita itu, kemudian sedikit menyeret masuk kantor. Tentu saja dengan pemaksaan sebab Nawa tidak semudah itu menurut padanya. “Sir, Anda laki tapi mulut lemes banget, ya? Saya bukan calon istri Anda!” “Diam atau akan saya bungkam mulutmu pakai bibir saya,” desis Brama. “Bram!” teriak Elea. Namun, ia tidak bisa masuk karena sekuriti dan Yadi menghalangi. “Ini aku lagi siaran langsung! Aku yakin kamu lagi nge-prank aku! Brama!” pekik Elea lagi. Nawa menoleh, menatap Elea. Ia mencoba mengingat-ingat wajah wanita itu. Namun, ia benar-benar lupa. “Sir, lepas!” pekik Nawa saat keduanya ada di lift dan Brama belum juga melepaskan cekalan. “Lepas! Kalau tidak, kali ini bukan telor saja yang pecah, tapi beserta cacingnya yang akan sa