“Sir, yakin mau menikahi saya?” tanya Nawa, ingin kembali memastikan. “Ya. Kamu kurang bukti apa lagi dengan keseriusan saya? Apa saya harus mati dulu seperti mantanmu itu baru kamu percaya?” Nawa mendelik. Ia sangat tidak percaya dengan keseriusan Brama. Namun, dari aksi pria itu memang sudah membuktikan segalanya. Masalahnya, wanita itu takut hanya dijadikan permainan. Bisa saja, kan, Brama itu hanya manis di awal dan bisa jadi juga pahit di akhir. “Kalau saya yang nggak yakin? Sir, dilihat dari segi mana pun kita ini nggak imbang. Kasta kita jauh berbeda. Saya nggak bisa dan nggak mau ambil risiko, Sir.” “Nawa, jangan main-main sama saya! Jangan mempermainkan saya!” “Saya tidak mempermainkan. Bagaimana dengan orang tua Sir? Apa Sir sudah melibatkan mereka dengan jalan yang Sir ambi