Nawa masih menatap beberapa alat tes kehamilan itu dengan pandangan berkabut. Sesekali pandangannya beralih pada objek lain, lalu kembali fokus melihatnya untuk memastikan. Beberapa kali dilakukan agar ia benar-benar yakin dengan apa yang dilihatnya. Bahwa semua itu sungguhan, bukan mimpi. Wanita itu mengambilnya satu dengan tangan gemetar, lalu menatap lekat-lekat. Jantungnya berdegup menggila. “Ini mataku normal, kan? Nggak salah lihat, kan?" Isak tangis Nawa tambah kencang. Ia mengucek mata, menghapus air mata yang menghalangi pandang. Benar, semua testpack itu menunjukkan garis dua. “Si–“ Ucapan Nawa terhenti. Awalnya ia ingin memanggil sang suami, tetapi diurungkan. Ia menggeleng. Wanita itu berpikir, sebaiknya membuat kejutan manis untuk kabar bahagia ini. Nawa mengembuskan napas

