Tangan Nawa terlepas dari lengan suaminya. Wanita itu tersenyum kecut. Ini baru datang saja sudah disuguhi ejekan pembuka yang sangat lezat. Belum nanti kalau mereka sudah membaur. Mungkin ada menu utama dan penutup yang lebih dahsyat. Gahayu dan gengnya posisinya duduk membelakangi hingga tidak sadar anak dan menantunya datang. “Sayang ....” Brama menatap istrinya sendu. Ia mencekal telapak tangan sang istri, menyatukan kembali dengan telapak tangannya. Sementara Gahayu masih menggibah Nawa dengan mulut pedasnya. “Sir, a-aku pergi saja dari sini. Daripada diusir paksa. Sir saja lanjutkan sendiri tanpa aku.” Suara Nawa bergetar. Sebenci itu Gahayu pada dirinya sampai menjelek-jelekkan di hadapan orang banyak. “Ya, setelah ini kita pergi. Tapi sebentar, aku mau ngasih hadiah dulu ke Mo

