Brama mengucapkan salam ketika masuk, mengabaikan apa yang didengarnya tadi. “Pak, sudah lama di sini?” tanya Brama sambil mencium tangan mertuanya takzim. “Baru datang. Kamu juga kenapa nggak ngabari kalau Nawa sakit?” “Putri Bapak yang minta dan mengancam agar saya tidak mengabari Bapak. Saya bisa apa?” Brama tergelak. Ia lalu mendekati Zidan. Keduanya lantas saling jabat tangan. “Kukira adikku sakit karena kamu hajar,” kata Zidan. "Awas saja berani KDRT. Kita gelut." Brama kembali tertawa sambil menghampiri Nawa. Ia mengulurkan tangan. Meskipun masih marah, Nawa menerima dan mencium tangan itu. Brama lantas menyentuh pelan hidung istrinya. “Wanita manis kayak gini kok dihajar apalagi KDRT, Mas. Rugi dong.” Zidan tertawa, menepuk pundak adik iparnya. Brama duduk di bed pasien bers

