Ken melihat perlahan Rion membuka mata, meski bibir terkatup rapat. Seolah menyoroti sesiapa yang menjaganya saat ini. Hanya Ken, tanpa dua istrinya itu. "Aku nggak tau harus bersyukur atau prihatin karena kamu bisa selamat dari kematianmu, Rion." Ken menarik kursi dari sisi sofa agar duduk lebih dekat ke kasur. Rion belum fokus memandangannya. Sesekali dahinya mengernyit, menahan sakit kepalanya pasca operasi. "Kamu bangun lagi dan menghadapi permasalahan rumit rumah tanggamu. Kamu siap?" Ken pun tak berharap dapat jawaban saat ini, lebih mendekat dan berbisik pada adiknya itu. Tatapan Rion penuh arti, berpikir tentang ulah apa lagi yang akan dilakukan abang kandungnya ini. "Aku akan jauhkan sementara dua istrimu sampai kondisimu lebih baik. Setelah itu, aku akan ajukan dua gugatan