JH2 - Bagian 28 - Tangisan Hujan

1123 Kata

“Hai, Anna?” Sunyi, sepi dan berkabut tebal dengan sentuhan angin yang terkadang kuat menembus pori-pori kulitnya. Kicauan burung, tak sama sekali terdengar di tempat itu. Justru gemuruh hebat yang kadang memekakkan telinga, terdengar begitu hebatnya sehingga membuat beberapa orang takut untuk berhadapan langsung dengan sang langit yang berwarna gelap. Tapi, pria itu? Pria itu justru sama sekali tak gentar. Dia tetap berdiri kaku dengan kondisinya yang memprihatinkan. Bahkan tetesan hujan yang mulai menderas, malah membuatnya tertawa bagai orang gila. “Kamu memang benar-benar Anna atau bukan sih?” Tawa pria itu terdengar lagi. Bahkan kepalanya sampai menengadah ke langit karena kuatnya rasa ingin tertawa. Gundukan tanah di depannya, disertai batu nisan bertuliskan sebuah nama, seolah

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN