Epilog Tidak ada akhir yang penuh luka dan tidak ada akhir yang sepenuhnya bahagia. Mereka berakhir dengan caranya masing-masing. Cara sempurna yang Tuhan gariskan. **** "Maafkan aku, Luka. Maaf kamu terlibat dalam permasalahan keluargaku." Aurelia tersenyum pada Luka. Dor.... Dor.... Dor... Dor.... Berapa tembakan yang Aurelia dengar, tidak terasa di dalam tubuhnya saat ini. Bahkan Aurelia melihat Luka yang menutup mulutnya sambil menangis, mau tidak mau menarik Aurelia untuk memutar tubuhnya. Di depannya saat ini, ada sosok lelaki yang sangat Aurelia tunggu kehadirannya. Sosok yang selama ini hanya bisa ia temui melalui surat tangan yang dia buat olehnya. Kini, saat semesta mempertemukan mereka, kenapa harus dalam keadaan seperti ini. "Ardi!!!" Aurelia berteriak sambil menah