"Saya nggak bercanda," ujar Jeff.
Kedua mata Gita langsung membola. Dadanya juga berdebar. Bukankah ia yang terbentur tadi, kenapa Jeff yang tiba-tiba berpikiran sinting? Apakah pria itu juga terluka di kepalanya.
Melihat kekagetan di wajah Gita, Jeff buru-buru berdehem. "Ini bukan pernikahan seperti yang kamu bayangkan."
"Tunggu, Pak!" Gita berseru. "Saya ingin tahu, apa diam-diam selama ini Bapak menyukai saya?"
Jeff mendengkus. Ia tahu Gita sudah beberapa bulan bekerja di perusahaan keluarganya, tetapi ia sama sekali tidak mengenal Gita. Jangankan suka, ia bahkan selalu kesal dengan semua orang yang bekerja untuk Haris.
"Nggak suka, kan?" Gita melipat kedua tangannya di depan d**a. "Nggak mungkinlah Bapak suka sama saya. Kita aja nggak saling kenal. Kenapa tiba-tiba Bapak ngajak saya nikah? Apa Bapak gegar otak?"
Jeff kembali mendengkus. "Gadis ini benar-benar cerewet!"
"Seperti yang saya katakan tadi, pernikahan ini tidak seperti yang kamu bayangkan. Dengan kata lain, ini bukanlah pernikahan biasa." Jeff menatap tajam Gita. "Saya cuma membutuhkan seorang anak dari rahim kamu."
Gita semakin berdebar. Apa-apaan ini? Ia memang pernah mendengar persaingan di antara Haris dan Jeff. Rumor mengatakan bahwa pimpinan perusahaan sudah kebelet ingin memiliki cucu. Dan beliau menantang anak mereka agar lekas melahirkan cucu untuknya.
"Kamu mengerti?" tanya Jeff.
"Sebentar, Pak. Jadi ini ... cuma ... pernikahan sementara?" tanya Gita.
"Ya."
Gita membuang napas panjang lewat mulut. Ia hanya gadis miskin yang memiliki segudang tanggungan sejak ayahnya terjerat dalam dunia judi. Dan akan menjadi keberuntungan baginya jika ia bisa menikah dengan pria kaya raya seperti Jeff.
"Kalau mau nikah, ya nikah aja, Pak. Kenapa harus sementara segala?" tanya Gita.
"Kamu nggak bodoh, kan? Tadi saya udah bilang, saya cuma butuh anak," jawab Jeff.
"Kenapa nggak adopsi aja kalau gitu?" Wajah Gita mengerut keheranan.
Jeff mengepalkan tangannya. Andai saja bisa. Namun, ia tahu ayahnya tidak akan menerima anak yang bukan darah dagingnya. Ia harus melanjutkan garis keturunan keluarganya.
"Oke, saya sebenarnya butuh istri, tapi saya tidak ingin hidup selamanya dengan seorang istri," kata Jeff. "Saya akan membesarkan anak kita dengan baik, kamu jangan khawatir. Saya bisa kasih kamu uang dan segalanya asalkan kamu bisa melahirkan bayi untuk saya. Setelah itu, kita berpisah."
"Kenapa Anda nggak mau hidup selamanya dengan istri Anda?" tanya Gita yang semakin heran.
"Itu merepotkan." Jeff tak ingin menjelaskan panjang lebar.
"Tapi ... tapi ... oke, Anda bisa membesarkan anak Anda sampai suatu hari anak itu akan punya kehidupan sendiri. Kalau Anda nggak punya istri, nanti kalau Anda sudah tua, Anda bisa kesepian," ujar Gita.
Jeff tak peduli. Ia pernah terluka dengan pernikahannya yang terdahulu sampai-sampai ia tak ingin menikah lagi.
"Itu bukan urusan kamu. Tawaran saya hanya pernikahan sementara, kita akan membuat kontrak. Kamu bisa melahirkan bayi untuk saya dan setelah itu, kamu harus pergi," ujar Jeff.
Gita menimbang. Ia sangat butuh uang. "Bisa Anda tawarkan saja pekerjaan yang lain? Apa saja selain itu?"
"Nggak ada." Jeff menggeram.
Gita semakin keras berpikir. Tidak, ia tidak semurah itu untuk menjadi istri sementara pria kaya.
"Ehm ... bisa saya mikir-mikir dulu?"
"Nggak. Saya butuh jawaban kamu sekarang juga dan kita harus menikah secepatnya jika kamu sepakat. Kita harus membuat bayi ...."
"Tunggu!" potong Gita. Ia mengulum bibirnya. "Kalau Anda cuma pengen bayi, apa nanti ... kita bisa pakai metode inseminasi? Kita nggak perlu berhubungan seks untuk melakukan itu, kan?"
Jeff melongo. Ia belum memikirkan hal itu. Ia juga tidak tertarik dengan Gita. Gadis itu biasa-biasa saja, agak manis jika diperhatikan, tetapi ia sama sekali tidak berhasrat—bahkan dengan wanita lain.
"Kamu bukan perawan?" tanya Jeff.
Gita hampir tersedak. Tentu saja ia masih perawan. "Kenapa Bapak tanya kayak gitu?"
"Karena kamu mau pakai metode inseminasi untuk hamil. Dokter akan bertanya-tanya kalau kamu masih perawan. Aku mau pernikahan kita terlihat sewajarnya di depan papa aku, jadi jangan minta yang aneh-aneh."
Gita meremang. Berarti ia harus menjual kesuciannya pada Jeff. Apakah ia harus terima? Ia akan menikah, tidak apa-apa hamil dan melahirkan jika ia memiliki suami. Dan ia juga akan mendapatkan banyak uang pastinya.
"Berapa banyak yang akan saya terima?" tanya Gita.
"Berapa pun yang kamu butuhkan," jawab Jeff. Ia menoleh ketika pintu terbuka dan Revi masuk. Ia mengangkat dagunya. "Aku udah kasih dia penawaran."
Revi tersenyum. Ia lalu mendekati tempat tidur Gita. "Bagaimana, Nona? Anda bisa jadi istri Tuan Jeff sebentar lagi. Anda bisa membalas kekesalan Anda pada Tuan Haris yang telah memecat Anda."
Gita merengut. "Saya tahu kalian yang udah bikin saya dipecat!"
Revi tertawa kecil. "Itulah persaingan."
"Itu curang! Saya tahu Bapak bersaing dengan Pak Haris, tapi ... tapi saya yang dikorbankan di sini!" gerutu Gita dengan air mata tertahan.
"Setidaknya Tuan Jeff punya niat untuk menebus semua itu. Anda bisa mendapatkan uang yang banyak jika mau menikah dengan beliau dan melahirkan bayi untuk beliau," kata Revi dengan seringaian di wajahnya.
Gita mengepalkan tangan. Yah, ia sangat butuh uang sekarang. "Gimana kalau saya nggak bisa hamil?"
"Kita di rumah sakit. Kita langsung lakukan tes untuk mengecek kondisi kamu," sahut Jeff.
Gita mengulum bibirnya. Ia tak pernah kepikiran untuk menikah dengan Jeff. "Saya butuh waktu untuk berpikir."
Jeff mengangkat bahunya. "Oke. Saya tunggu sampai besok pagi."
Gita mengangguk. Masih ada beberapa jam hingga ia bisa menemukan jawaban. Ia kembali merebahkan tubuhnya di pembaringan. Ia memiringkan dirinya agar tidak bertemu tatap dengan Revi maupun Jeff.
Gita mulai menggigit ujung jarinya. "Pak Jeff tajir, aku bisa dapat uang. Aku mungkin bisa lunasin utang Papa. Tapi Papa bakal keenakan kalau gitu. Harusnya Papa dibuat jera!"
Gita menggeleng. Ia dalam posisi yang tidak mudah. "Aku nggak serendah itu sampai aku jual diri dan rahim aku! Aku pasti bisa cari kerjaan yang lain. Tapi ... ponsel aja sekarang aku nggak punya."
Gita menelentangkan dirinya lagi dan tatapannya langsung bersiborok dengan Jeff. "Ehm ... boleh saya pinjam ponsel bentar?"
Revi yang mengulurkan ponselnya pada Gita. "Silakan, Nona."
Gita mengangguk. Ia membuka aplikasi i********: lalu mencari akun Rama, mantan pacarnya. Ia tahu ini agak memalukan, tetapi mungkin ia bisa minta bantuan pria itu untuk mencari pekerjaan. Ia juga tak tahu kenapa tiba-tiba Rama meminta putus.
Gita melebarkan kedua matanya saat melihat foto Rama dengan seorang gadis cantik dengan backdrop indah yang bertuliskan nama mereka berdua. Rama dan Margaretha. Mereka bertunangan? Siapa Margaretha? Apakah selama ini Rama berselingkuh?
"Apa yang terjadi?" tanya Jeff ketika ia melihat kedua tangan Gita gemetar. Bahkan air mata mulai mengalir di pipi gadis itu.
"Berengsek!" umpat Gita.
Jeff dan Revi bertukar tatap. Mereka tak mengerti apa yang membuat Gita marah.
Kepala Gita berputar. Ia tak akan terima jika ia dicampakkan dengan cara begini. Tak mungkin Rama mendadak bertunangan. Rama pasti telah lama berselingkuh darinya.
"Saya benar-benar bisa menjadi istri Anda, Pak?" tanya Gita, kini dengan nada menggebu-gebu. Jika ia bisa menikah dengan pria kaya dan tampan seperti Jeff, ia pasti akan membuat mantan pacarnya terkejut.
"Ya. Kamu udah punya jawaban?" tanya Jeff.
"Dan saya bisa ... menikmati hidup saya sebagai istri konglomerat?" tanya Gita lagi.
Jeff mengangkat alisnya. "Ya, tentu. Kamu bisa memiliki apa saja selama kamu menjadi istri saya. Tapi, tugas utama kamu adalah melahirkan bayi untuk saya."
Gita mengangguk. Ia akan melakukan itu.
"Sebagai uang muka, kami akan membereskan utang yang melilit ayah Anda," kata Revi.
Jeff memberi Gita anggukan kepala. Ia lega jika Gita mau lekas bersepakat. Setidaknya satu masalah sudah berkurang.
Gita menimbang, sebenarnya ia tak suka jika ayahnya diberikan banyak uang. Ayahnya harus diberi pelajaran agar jera dan tidak berjudi lagi. Ia takut jika justru ayahnya akan meminta lebih.
Ia akan memikirkannya lain kali. Yang penting, ia bisa menikah dengan Jeff dan tak perlu dipusingkan dengan mencari pekerjaan lagi. Ia juga bisa membalas sakit hatinya pada Rama dan juga Haris yang telah memecatnya.
"Oke! Kita nikah, Pak." Gita membuat keputusan sambil menganggukkan kepalanya. Ia mungkin hanya akan menikah selama sembilan bulan atau paling lama setahun, selama itu, ia akan mengumpulkan banyak uang dan aset.
"Bagus." Jeff menoleh pada Revi. "Siapkan kontraknya sekarang juga!"