"Neng, hapenya bunyi dari tadi!" teriak Tante Lilis dari arah jendela. Aku yang lagi memungut mangga otomatis menoleh, kemudian menggeleng berkali-kali sebagai isyarat itu bukan hal yang penting. Paling dari Mas Danu. Karena dari kemarin cuma dia yang merecoki, menggunakan 'kangen' sebagai alasan untuk diperhatikan. Padahal itu kekanakan, aku saja geli mendengar maupun membacanya. "Periksa dulu. Soal mangga, biar diambil alif Fatih. Siapa tahu ada kabar penting." "Enggak, cuma orang iseng! Dia kayak anak-anak, sering banget gangguin Kia, Tante." Aku menjawab sambil mendumel. Iya, Mas Danu adalah anak-anak yang terjebak dalam fisik orang dewasa. Makin ke sini makin agresif. Maksudnya cara pendekatan dia sudah bablas setelah keluargaku mengetahui alasan di balik kunjungan-kunjungannya ke r