Baru saja pulang dari pasar, aku dan Bunda saling pandang begitu mendengar suara Eyang dari ruang tengah. Dibilang mengomel, nggak juga. Tapi bukan berarti santai. Dan kami paham sekali siapa yang jadi lawan bicara beliau. "Shalat lima waktu, shalat taubat. Jangan jelalatan. Dijaga mata sama burungnya, tangan dan kakinya. Malu tidak, umur sudah tua tapi kelakuan begini-begini terus. Kalau sudah kepikiran serius sama perempuan tapi ditolak karena catatan burukmu, jangan salahkan orang lain. Salahkan dirimu sendiri." "Ini lagi berusaha. Doakan ya, Yang. Tapi jangan berharap saya berubah sat-set-sat-set, yang benar saja. Saya ini manusia, bukan iron man." Kemudian gelak tawa terdengar, Bunda juga turut tersenyum karenanya. "Tapi saya diterima 'kan, Yang? Pasti maulah nambah cucu satu lagi.