BAB 43 – The Truth

2095 Kata

Aku memegang mug dengan mata sembab, baru tenang setelah belasan menit terisak lirih. Setelah menjemput di tempat parkir, Mas Danu nggak banyak bertanya. Dia hanya membawaku pergi ke apartemennya. Membiarkanku puas menumpahkan air mata, jadi pendengar, lalu mengusap pipi serta mengusap puncak kepalaku. Tindakan yang terlampau sederhana, tapi berhasil membuatku tenang. Bagaimana aku bisa menjahuinya, sementara dia seperhatian ini padaku. "Minum, Azkia," pintanya. Setelah jeda panjang, dia-lah yang memecah keheningan. "Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi ini baru pertama kalinya aku melihat kau berantakan. Padahal intensitas pertemuan kita cukup tinggi, namun ternyata ada hal-hal yang luput dari pengamatanku. Maaf untuk itu." "Kenapa Mas minta maaf?" tanyaku lirih. Hidung tersumbat mem

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN