Set pertama habis, aku dan Om Arman berjalan menuju pinggir lapangan untuk beristirahat. Beliau langsung menegak air mineral yang tersedia, sementara aku sibuk mengelap keringat. Kata Azkia, ayahnya cukup hebat bermain tenis. Tapi hari ini aku lebih unggul karena keluar sebagai pemenang. Betapa bangganya. Azkia pasti kagum, lalu posisiku naik setingkat melangkahi Azka. Tentu saja peringkat pertama masih ditempati Om Arman. "Cape, Mas?" "Lumayan. Ternyata Om bener-benar jago, ya." "Tapi kamu yang menang," tunjuk Om Arman ke arah papan skor, membuat kekehanku lepas begitu saja. Dipuji calon mertua nih, Bro! Aku merasa jadi pria keren sedunia, walaupun faktanya dari awal memang sudah keren. "Apa yang tidak bisa kamu kerjakan, Mas? Karir bagus, fisik mendukung, keluarga harmonis, tangkas, k