127

1978 Kata

Kedua matanya sudah memanas tapi Wyne tidak bisa menangis karena mendengar pertanyaan barusan. Lebih-lebih lagi dengan Gentala yang memanggilnya dengan nama. Persis seperti dulu saat keduanya belum bertemu dengan Bu Desi ketika Wyne mengantarkan Gentala yang kesiangan ke sekolah. Namun hal itu tidak menyurutkan langkah Wyne untuk mendekati Gentala, putra kesayangannya yang terluka gara-gara dirinya meskipun ingatan tentang Amel dan rumah sakit kembali ke permukaan. “Sayang,” panggil Wyne pada putranya di depan Padmaja senior. Toh ini bukan kali pertama mereka mendengar Wyne memanggil Gentala demikian. “Nek,” panggil Gentala saat sang Mama mendekat. Sedang Nenek yang dipanggil seperti itu hanya mengangguk pelan dan tersenyum. Naya tau bahwa Gentala sedang berulah. Anak ini yang mengingi

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN