17

1297 Kata
Gentala menutup buku itu dan berujar sudah saatnya ia pulang. Anak itu selalu tau bahwa ia tidak boleh lengah. Ia meraih ranselnya dan meletakkan Shakka di antara buku-buku sekolahnya sedang Tavisha merengut sebal. Ia suka sekali membaca Shakka dan Bella. “Besok aku ga kesini, ya.” “Ckckck.. tinggalin bukunya disini aja, apa ga bisa?” “Ga bisa.” “Kalo gitu temenin beli ice cream?” Gentala mengangguk dan setelah mendapat ijin dari Tante Icin, keduanya berjalan menuju minimarket dua puluh empat jam yang terletak sepuluh meter dari rumahnya Tavi. Keduanya berjalan beriringan dengan Tavi yang gigih membujuk Gentala untuk main ke rumahnya besok. Tapi Gentala tidak bisa, ia dan Papa punya kegiatan berdua saja besok. Lusa Papa akan pergi lagi, jadi Gentala ingin menghabiskan waktu bersama beliau. Hawa sejuk langsung menyambut kedua bocah itu begitu Gentala menarik salah satu pintu minimarket. Tavi berjalan masuk duluan dan langsung menuju rak keripik kentang berkemasan hijau. “Pesan Tante Icin apa?” tanya Gentala pada temannya itu. “Aku ambil ini untuk kamu kok.. ‘kan kamu ga suka ice cream,” ujar Tavi sebelum memeletkan lidah pada Jeje. Sebenarnya bukan tidak suka. Gentala memutuskan untuk tidak memakan ice cream setiap hari seperti beberapa tahun yang lalu di mana ia jadi sakit dan Papa harus pulang padahal beliau harus bekerja. “Aku ga makan yang sebesar itu.” “Nanti aku bantu habisin,” kekeh Tavi kemudian mengikuti langkah Gentala menuju kotak ice cream. Tavi membiarkan Gentala memilih jenis ice cream untuknya. Tidak masalah bagi anaknya Icin itu karena ia menyukai semua rasa dari semua merek ice cream. “Je, kamu tau ga kalo Ibuku sama Papa kamu juga satu sekolah?” Gentala menggeleng karena yang ia tau adalah Papa bersahabat dengan Ayahnya Tavi. Itulah kenapa keluarga mereka sampai mengenal dan berhubungan baik dengan keluarganya Tavi. “Berarti kamu ga kenal Tante Bella?” Gerakan Gentala yang mengacak-acak kotak ice cream itu terhenti. “Tante Bella?” “Bayar dulu, yuk. Kita duduk di luar,” ucap Tavi merasa senang karena ternyata Jeje bukan anak yang serba tau seperti yang Ibunya katakan. “Maaf, Om.. tapi kata Ayahku, asap rokok ga baik buat kesehatan,” ucap Tavi pada Om-Om yang duduk di samping mereka. Tavi menyertakan senyum lebarnya saat mengatakan kalimatnya sehingga Om tadi langsung mematikan rokoknya. Baru setelah itu memulai cerita yang sepertinya tidak pernah Jeje ketahui. Tavisha Chareeze Elaine mengenal Shakka dan Bella dengan terlalu baik. Shakka adalah teman baik Ayah juga pria yang ia inginkan untuk menjadi suami sedang Bella adalah sahabat Ibu yang sudah seperti saudara. Mereka bersahabat sejak SMA dan baru semalam Tavi mengetahui bahwa SMA tempat Ayah dan Ibunya bersekolah adalah Bina Bangsa. Dan yang paling parah adalah Shakka Orlando Padmaja adalah nama lengkap Om Shakka begitu juga dengan nama Tante Bella yang sama persis dengan nama yang ada di buku. “Kamu ga cerita soal buku yang kita baca, ‘kan?” tanya Gentala memotong cerita Tavi. “Engga lah.” Cerita dari Tavi kembali berlanjut. Bocah itu menceritakan tentang Tante Bella yag ia kenal. Bahwa Tante Bella adalah yang paling cantik dari semua teman-teman ibunya. Juga yang paling sukses. Dan dengan hati-hati Tavi mengatakan pada Jeje bahwa dari buku yang mereka baca juga fakta bahwa tokoh dari buku tersebut adalah nyata, apalagi kalau Jeje ingat soal Mama Keysha, Om Arif dan juga Om Galih yang beberapa kali muncul disana, jelas sekali bahwa Tante Bella adalah mamanya. “Kamu pikir begitu?” “Kamu ga mikir begitu?” tanya Tavisha balik. Heran tentu saja. Apa sekarang ia lebih pintar dari Jeje? Gentala tidak menyahut. Sebelum Tavi menyadari semua ini, bahwa buku itu bercerita tentang Papa, Gentala sudah menduga bahwa Mamanya adalah Bella. Namun tetap saja ia tidak bisa menyombong seperti biasa. “Kamu beneran ga pernah liat Tante Bella?” Maksud Tavi, kenapa Jeje tidak pernah melihat wajah Tante Bella saat wajah beliau selalu terpampang di majalah bahkan Tante adalah Brand Ambassador untuk salah satu produk kosmetik yang sangat terkenal. Ibu bahkan rela ganti lipstik karena Tante Bella adalah model yang dipakai oleh mereka. Sedang Gentala menerimanya berbeda. Kamu beneran ga pernah liat Tannte Bella, di telinganya terdengar seperti kenapa kamu tidak mengenal Mamamu sendiri? Dia mamamu bukan? Sungguh, Gentala sudah siap untuk pertanyaan seperti ini sekalipun dari teman dekatnya, Tavi. Tapi kenapa rasanya tetap sedih ya? Namun begitu, ia tau bahwa dirinya tidak boleh marah pada Tavi atau pada siapapun. Dalam kesedihannya itu Gentala mengamati gerakan Tavisha yang menangkat bajunya ke atas sehingga putranya Shakka itu bisa melihat dengan jelas perut Tavi yang dilindungi oleh singletnya. Tapi yang menarik perhatian bukan lah perut besarnya Tavi melainkan tumpukan kertas yang terselip di sana. “Hehehe.. aku ga ada kantong dan kamu selalu bilang ga boleh ada yang tau.” Tavisha mengambil foto-foto Tante Bella yang ia kumpulkan sejak semalam kemudian menatanya di atas meja kecil bulat milik minimarket dua puluh empat jam tersebut. “Ini aku curi dari album Ibu. Ini Tante Bella waktu SMA.” Aku tau. ucap Gentala dalam hati karena ia juga sudah mengetahui foto Bella dari year book Papa. Namun saat matanya menangkap bagaimana potret wanita dewasa yang memeluk dan mencium Tavisha dengan sayang, Gentala tidak kuasa menahan tangannya yang langsung meraih foto tersebut. “Dia..” ucap Gentala saat tiga lembar foto Tavi dan Bella sudah berada di tangannya. Ekspresi seseorang tidak pernah bisa berbohong, itu yang selalu Papa katakan padanya dan Gentala tau bagaimana sayangnya Bella pada Tavi yang masih dalam bentuk bayi. “Dia memang cantik,” hanya itu yang bisa Gentala ucapkan sebagai penyambung kalimatnya padahal dalam hatinya bocah itu penasaran kenapa Bella bisa sayang pada Tavi tapi tidak pernah ada untuk putranya sendiri bahkan hanya untuk sekali saja? “Kamu bilang dia sering main ke rumah kamu?” “Ga bisa dibilang sering juga sih soalnya Tante Bella orangnya super sibuk. Tante itu super model.” “Oh ya?” Bocah itu mendongak, meminta konfirmasi sekali lagi bahwa Bella adalah benar-benar orang yang sibuk. Hanya jika Bella benar-benar sibuk maka Gentala bisa merasa jauh lebih baik. Dan anggukan cepat Tavisha mengangkat beban berat di hatinya. Senyum cerah langsung muncul di pipinya meski tanpa separang lesung pipi seperti milik sang Papa. “Tante Bella orangnya baik?” “Tante Bella baik banget.” Benar, ucap Gentala membatin. Tidak ada yang terjadi begitu saja melainkan karena ada alasan atau penyebabnya. Bella orang yang baik, dia adalah super model dan mungkin dia butuh waktu untuk karirnya seperti Mama Keysha. Dan untuk pertanyaan terakhir, Gentala berujar dengan sangat lirih. “Tan- Tante Bella, sudah menikah?” “Belum.” Satu kata saja dan Gentala bersorak dalam hati. Om Abid berjanji membantunya dan Gentala akan memanfaatkan bantuan Om Abid semaksimal mungkin. Minggu ini begitu Papa kembali bekerja, ia akan menemui Bella. >>>  Wyne menangis sendirian di dalam kamarnya sejak pulang dari acara ulang tahun anak tetangga. Wanita itu menangis dalam senyap sambil memeluk baju seseorang erat di dadanya. Berharap dengan demikian ia bisa lebih dekat dengan orang yang ia sangat rindukan. Kehilangan, ia menuliskan hal ini begitu sering di dalam novel-novelnya. Menangis bersama karakter-karakter ciptaannya tapi saat sesekali ia dipaksa menghadapi realita, Wyne tau bahwa ia tidak punya siapa-siapa yang bisa menangis bersamanya. Lebih tepatnya ia tidak bisa menggiring seseorang ke dalam pusaran kesedihannya hanya karena ia butuh. Sedang di balik pintu kamar Wyne, ada Abangnya yang berdiri sambil mengintip. Menahan rasa panas yang muncul pada kedua matanya karena suara isak Wyne yang adiknya sembunyikan. Andai June bisa menjemput keponakannya itu, ia akan pergi ke ujung dunia sekalipun agar Wyne tidak terus-terusan memeluk baju-baju mungil miliknya di saat-saat seperti ini. June tau hidup Wyne sudah berantakan. Adiknya itu juga tidak berharap agar semuanya kembali seperti semula. Wyne hanya ingin darah dagingnya selalu berada bersamanya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN