Geno berdiri di samping sang istri yang tengah duduk berjongkok di makam sang ayah, pak Herman. Tanah itu masih basah dan penuh dengan bunga karena baru saja mertuanya itu dimakamkan. Setelah hampir satu bulan bertahan, akhirnya pak Herman menghembuskan nafas terakhirnya. Geno merasa lega karena sebelum kepergian pak Herman pria itu sempat membuka matanya dan menghembuskan nafas terakhir saat Marina datang menjenguk. Ia seolah menunggu anak bungsunya untuk berpamitan. Walau begitu, Marina sempat merasa syok karena kehilangan sang ayah tanpa sempat mereka memperbaiki hubungan dengan baik. Para pelayat semua sudah kembali, yang tertinggal hanyalah keluarga inti yang masih duduk termenung di samping makam pak Herman. “Ayo kita pulang Marina, kasian Xavier menunggu dirumah lama,” bujuk Nu

