8

1292 Kata
Aisha bangun pukul 04.00 pagi sebagaimana biasanya. Shalat, beres-beres, mengecek peralatan kerja dan membuat sarapan untuk dirinya sendiri. Ada yang berbeda hari ini. Wajahnya tampak lebih berseri. Dia mengingat kejadian di cafe kemarin. Bibirnya membentuk senyuman. Yah.. meskipun dia tahu mungkin Bintang sudah punya pasangan. Siapa namanya...Ya, Kania. Tapi ia tak peduli. Ia senang bertemu Bintang lagi. Toh dia suka Bintang bukan berarti dia ingin memilikinya. Bisa melihat Bintang setiap hari walau dari jauh, itu sudah cukup membuatnya bahagia. Ia tak harus lagi menahan tumpukan rindu yang ia rasakan selama bertahun-tahun. Itulah cinta Aisha. Cinta yang tak menuntut dibalas. Apalagi menuntut memiliki Bintang seutuhnya. Aisha menikmati sarapan pagi sambil membaca buku akuntansi. Siang nanti ia masuk kuliah. Dia mengambil jurusan ekonomi. Walau dulu dr Ilyas menyarankan untuk kuliah dibidang kesehatan, tapi ia menolak. Alasannya tentu saja biaya. Biarlah. Toh dia suka berbisnis. Barangkali dia bisa buka usaha sendiri dengan ilmu yang dia dapat. Dengan begitu, dia bisa membantu orangtuanya di kampung. Saat ini Aisha juga suka mengirim sejumlah uang hasil kerjanya ke kampung walaupun tak seberapa. Namun setidaknya ia ingin membantu keluarganya. Tok.. Tok.. Tok.. Ketukan pintu menghentikan sarapannya. Aisha heran, siapa yang bertamu sepagi ini. Padahal baru jam 05.00. Dia bangkit dan membuka pintu. Aisha melotot kaget! Ya Tuhan .. Bintang! Saking kagetnya Aisha malah menutup kembali pintunya. Dia meraba dadanya yang berdegub tidak karuan. Jangan- jangan itu hantu? Atau hanya bayangannya saja? Semacam halusinasi? Sebab semalaman ini dia terus memikirkan lelaki itu. Aisha menarik nafas. Dia memastikan lagi dan membuka sedikit jendelanya. Bintang tersenyum dan melambaikan tangannya. Apa? Jadi ini nyata! Ya Ampun.. apa yang telah kulakukan! Memalukan sekali! Pikir Aisha. Buru-buru Aisha membuka pintu lagi. "Assalamualaikum." Bintang menyapanya sambil tersenyum. "Wa'alaikum salam warahmatullah." Aisha menjawab salam sambil bengong. "Saya tidak di izinkan masuk?" "Oh, ya. Maaf. Dokter tunggu sebentar, duduk di depan dulu." Aisha tidak mengizinkan Bintang masuk ke dalam. Walaupun dia tidak terlalu religius, tapi menurutnya seorang gadis tidak pantas memasukkan lelaki ke kos miliknya. Untuk itu, dia menyimpan 2 kursi dan sebuah meja di depan kosnya. Aisha bergegas ke dapur dan mengambil air minum. "Silahkan minum dok, maaf hanya air putih." "Oh. Tidak apa-apa. Terimakasih. Kamu sudah sarapan?" Tanya Bintang. Aisha menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Dalam hati ia berkata aku tadi lagi sarapan tapi terpotong kedatangan Bintang. Bintang terlihat berfikir. "Bagaimana kalau kita sarapan di luar? Kebetulan saya belum sarapan?" "Oh tidak usah dok. Saya sedang sarapan tadi." "Oh, benarkah? Kenapa tidak mengajak saya?" Aisha hanya melongo. Apa dia bilang? Mau sarapan disini? Tapi menu sarapan Aisha tidak istimewa. Hanya beberapa potong buah apel, telur rebus dan segelas s**u. "Dokter mau sarapan? Masih ada kok. Biar saya ambilkan." Mata Bintang berbinar. Sebenarnya ini yang dia inginkan. Sarapan bersama! "Oh ya, boleh. Kalau tidak merepotkan." Bintang memasang mata memohon. Seperti anak kecil merayu ibunya untuk beli es krim. Membuat Aisha sedikit gugup. "Ti-tidak dok, sebentar." Sepeninggal Aisha ke dapur, Bintang memutar otaknya. Alasan apa ya kedatangannya kemari. Gadis itu pasti bertanya ada perlu apa. Kalau minta tolong mencari alamat rumah sakit tempat ia bertugas kan tidak mungkin. Malah aneh nantinya. Masa tidak tahu alamat tempat mutasi sendiri. Ah.. bagaimana kalau minta tolong nyari kostan aja? Ya, itu saja. Aisha muncul dengan membawa piring sarapan yang tadi ia makan. Ditambah lagi dengan yang baru tentu saja. Masa ngasih bekas, kan gak sopan. "Hanya ada ini dok, maaf. Saya tidak masak." Aisha menyodorkan piring sambil tersenyum. "Tidak apa-apa. Terimakasih lho udah mau direpotin." "Tidak apa-apa dok. Silahkan dimakan!" Bintang mulai menikmati sarapannya. Entah mengapa, potongan apel yang ia makan terasa berbeda. Ia pikir ini adalah apel terlezat dari semua apel yang pernah ia makan. "Ehm, maaf dok, ada perlu apa dokter sepagi ini menemui saya?" Bintang yang sedang asyik mengunyah telur rebus menoleh. "Oh. Itu saya mau minta tolong sama kamu. Barangkali kamu tahu tempat kost disekitar sini. Saya bertugas di rumah sakit daerah ini sekarang." Aisha menatap Bintang dengan tatapan tak percaya. "Apa? Do-dokter mau tinggal di kostan?" "Kenapa memangnya? Apa tidak boleh?" "Eh.. bukan begitu. Ma-maksud saya apa tidak nyari apartemen saja gitu? Kan kostan kayak begini mah sempit dok, gak ada AC juga!" "Bwahaha... Aisha kamu itu ada-ada saja, saya kan tinggal seorang diri. Masa nyari yang luas sih? Serem tahu kalau rumah kegedean. Terus kita tinggal sendirian." Aisha manggut-manggut. Begitu rupanya. Mungkin dokter Bintang bisa kaya karena suka ngirit kali ya? Banyak uang gitu tapi cari kostan murah kayak gini. "Ya.. nanti saya carikan dok. Kalo udah dapat saya kasih tahu ya?" "Lho kok gitu? Kita sama-sama saja. Jadi nyarinya bareng." "Oh gitu ya hehehe" Aisha tertawa garing. "Hey.. kalo gak lucu jangan ketawa, ntar malah jadi aneh lho?" Bintang senyum. Oh lihatlah rona merah Aisha menyebar lagi dipipinya. Kenapa sih dr Bintang senang sekali membuatnya salah tingkah, pikir Aisha. "O ya. Kamu berangkat kerjanya sama saya saja. Satu arah ini." "Aduh saya jadi gak enak ngerepotin." "Lho justru saya yang ngerepotin kamu. Pagi-pagi sudah dikasih sarapan gratis. Makasih ya?" Aisha sedikit dongkol dalam hati 'bukan dikasih bang! tepatnya minta sarapan' Tapi mana berani dia ngomong gitu! Akhirnya mereka berangkat bersama. Aisha minta turun jauh dari tempat kerjanya. Kalau tidak, beuh.. Rini pasti heboh! Anak itu memang bersemangat sekali kalau ada laki-laki yang dekat dengan Aisha. "Hei.. tumben datang lebih awal." Rini menyambut. Tuh kan, untung saja Bintang tidak mengantarnya sampai depan gerbang rumah sakit. "Aku kan lagi belajar jadi pegawai yang baik. Datang lebih awal. Siapa tahu naik gaji." "Halah.. biasanya juga telat. Ada yang nganterin ya?" "Ti-tidak kok. Siapa bilang?" Anak ini kepo amat sih! "Ayo.. nyembunyiin sesuatu dari aku? Siapa sih pangeran gagah yang rela nganter kamu kerja sepagi buta gini?" Tanya Rini skeptis. "Rin.. udah deh. Jangan ngaco ah." "Cerita ya, awas lho?" Aku hanya mencebikkan bibirku. Emang gak bisa bohong sama sobatku yang satu ini. Hari ini pasien yang datang cukup banyak. Membuat Aisha bekerja ekstra. Tidak terasa waktu duhur tiba. Waktunya ia ngampus. Aisha menunggu karyawan lain yang akan menggantikannya. Dia mendapat keringanan dari pihak rumah sakit. Dia boleh gantian shift kerja dengan rekannya saat ada jadwal kuliah. Hari ini hari terakhir ngampus. Aisha mengambil kelas karyawan. Jadi dia ke kampus hanya 2 hari saja. Jumat dan sabtu. Seharusnya dia masuk dari hari ini. Tapi karena pekerjaan yang gak bisa ditinggalkan akhirnya ia masuk siang saja. Kalo jumat masuknya habis dzuhur sampai sore sampai magrib malah kalo dosennya hadir semua. Kerja sambil kuliah itu lumayan menguras tenaga. Capek sih, tapi ia menikmatinya. Ini juga buat masa depannya kelak. Aisha asyik memperhatikan dosen yang sedang menjelaskan materi kuliah hari ini. Ia belum membuka handphonenya seharian ini. Baru setelah selesai jam kuliah dia merogoh saku tasnya. Ya ampun. Ada pesan dari seseorang yang selama ini memenuhi otaknya! Dr.Bintang : maaf ganggu. Gimana kamu mau kan bantu saya cariin kostan? Aisha : boleh. Paling besok insya Allah. Maaf baru bales, dok. Baru buka handphone Aisha menunggu balasan. Tapi sampai ia masuk ke kostannya belum juga ada balasan dari Bintang. Aisha menarik nafas panjang. Mestinya ia jangan terlalu berharap lebih dekat dengan dokter itu. Meskipun hanya teman, mereka tak sederajat. Walaupun hati berkata begitu, mata Aisha tetap saja nyuri-nyuri pandang ke layar handphonenya. Berharap ada pesan dari seseorang? Hhh... entahlah ia merasa tak pantas. Sampai suara salam dari luar membuyarkan lamunannya. "Siapa ya?" Aisha nongol di jendela kostannya. Wanita paruh baya terlihat menunggunya di luar. "Eh Bu Saodah. Ada apa ya bu?" Bu Saodah ini adalah pemilik kostan yang ia tempati. "Ada yang nyari kamu. Katanya pengen nyari kostan. Eh, gimana kalo di kostan milik saya saja? Kebetulan ada yang kosong kok." Kata bu Saodah dengan mata berbinar. "Ya.. Bu Saodah bisa tanya langsung aja sama orangnya." Aku celingak celinguk . Kata bi Saodah ada yang mencariku . Tapi mana orangnya? "Hai...." "Dokter???"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN