Kini, jam digital yang menempel di dinding sudah menunjukkan pukul delapan malam. Waktu bersantai Lylia yang biasa ia gunakan untuk melanjutkan lukisannya yang belum rampung. Duduk di kursi pojok kamar yang sudah selesai Ravendra rancang untuk kegiatan Lylia, sambil menikmati rintik hujan di balik jendela kamar. Begitu menenangkan, walau pikiran dipenuhi oleh sikap manis Ravendra sepanjang hari ini. Ya, sejak kejadian pagi tadi, pria itu tak henti-hentinya bersikap hangat terhadap Lylia. Entah dari perlakuan yang tidak biasa, ataupun dari perkataannya yang begitu manis. Ia bahkan tak segan-segan memanggil Lylia dengan panggilan ‘Sayang’ saat berbicara, apalagi ketika sedang menceritakan kesehariannya yang belum Lylia ketahui. Apa sebenarnya Ravendra adalah orang yang begitu hangat? Ata