Karena kejadian semalam, pikiran Lylia benar-benar berhasil dibuat sangat kacau balau. Tubuhnya yang semakin lama semakin lemas pun bahkan sudah tak ia rasa. Pikiran dan hatinya terus beradu tanpa menemukan titik selaras. Hingga pagi mulai menyongsong saja, semua masih tetap sama. Belum ada yang berubah. Siapa wanita itu? Apakah Kiara? Jika benar, berani sekali dia menerima panggilan dariku! Apa jangan-jangan dia sengaja melakukan itu agar kami bertengkar? Untuk apa? Dia pikir itu bagus? Pertanyaan-pertanyaan yang sama terus berulang dipertanyakan dalam hati, untuk mencari jawaban yang tak pasti. Berharap ada setitik harapan lain yang datang sebagai penenang dalam diri, namun hanya prasangka-prasangka buruk yang terus menghadang. Sampai ia tiba di sebuah gedung perkantoran be