Seolah alam mengetahui kesedihan Belle pada hari ini, hujan turun di bumi pertanda akan ada air mata yang terjatuh di pipi seseorang. Phill menikmati teh panasnya dan duduk di ruang tamu menonton acara berita sore. Belle mengambil posisi di samping suaminya, tempat kosong yang terlihat olehnya saat ini.
Dengan berani, Belle menyandarkan kepalanya di bahu Phill dengan manja, membuat Phill tersadar bahwa aroma istrinya itu menghampiri hidungnya dan aroma khusus yang tidak dimiliki wanita mana pun yang pernah ditemuinya.
"Kenapa?" tanya Phill tanpa mengalihkan perhatiaanya dari tv.
"Gak ada apa-apa, Mas. Aku hanya ingin seperti ini saja." ucap Belle dengan ungkapan jujur dalam hatinya.
Andaikan waktu terhenti sejenak saja.
Andaikan kamu tetap di sampingku.
Andaikan kamu ku milikki seutuhnya.
"Mas, boleh aku tanya satu hal?"
Phill menoleh pada istrinya, "Mau tanya apa?"
"Apa kau mencintaiku?"
Deg.
Lidah Phill terasa berat. Mengapa mendadak Belle bertanya hal seperti ini padanya?
Kumohon, katakan kau mencintaiku. Tanpa embel-embel apapun. Jangan tanyakan kenapa. Cukup bilang kau mencintaiku, Phill...
"Hahaha. Kamu aneh deh. Pertanyaan kamu aneh banget."
tawa Phill memecah kelunya lidah miliknya.
Raut wajah Belle sudah tidak tahu harus digambarkan apa. Kekecewaan hadir lagi. Dipaksanya senyuman itu hadir karena jawaban tidak lucu suaminya itu. Bahkan dia tidak mengatakan kata 'cinta'.
"Aku hanya ingin meniru drama Korea saja. Jangan diambil pusing." Belle mengusap lengan Phill dan mengangkat kepalanya yang bersandar pada bahu kokoh itu.
"Boleh aku tanya satu hal lagi? Berjanjilah, kau jangan marah." lanjut Belle dan menatap serius mata Phill yang bertanya-tanya.
"Apa?"
"Jika aku menghilang... Apakah kau akan menangisinya?" Belle mengharapkan jawaban yang diinginkannya.
Tentu saja, aku akan menangisinya.
"Apaan sih, kamu. Jangan bicara ngaco. Sudah deh, kamu lagi PMS yah?" Phill beranjak dari sofa dan melipir ke dapur.
"Kita makan saja, Belle. Aku lapar nih. Kamu masak apa?"
Diam. Belle terdiam menatap Phill. Dia tidak dianggap serius hingga akhirnya Belle akan menghempaskannya dalam satu pukulan terakhir untuk membersihkan apa yang dipendam di hatinya.
"Maafkan aku. Aku telah melihat jurnal pribadimu. Aku tahu kau mencintai Meisha."
Phill memucat dan melihat ke arah Belle. Rahasianya terbongkar. Cinta terpendamnya diketahui oleh Belle.
"Kapan? Sejak kapan kamu tahu?" Phill melangkah mendekati Belle yang sudah tertunduk.
"Sudah hampir setahun ini." lirih Belle. "Aku sungguh kecewa, Mas. Jika di awal kamu tidak mencintaiku, lebih baik kamu tidak menerima pernyataan cintaku. Kamu tidak usah menerima permintaanku agar kau menikahiku. Aku tidak perlu merasakan sakit ini. Itu lebih menghargaiku, Mas." Belle menatap mata Phill yang terkejut.
"A-aku..."
"Aku tidak bisa begini, Mas. Lebih baik kita bercerai."
"Gak! Sampai kapanpun aku tidak mau bercerai! Kita punya Kimora! Jangan katakan apapun soal perceraian!" Phill mempertegas tidak akan melepas pernikahan ini.
"Lalu? Hubungan pernikahan ini tidak akan kokoh. Bagaikan pohon yang rapuh, tanpa adanya siraman cinta yang memperat semua ini." jelas Belle dalam isak tangisannya.
Kim melihat kedua orang tuanya berdebat. Anak itu menutup kupingnya dan memojokkan diri dalam kamarnya. Dia tidak ingin mendengar suara tangisan Ibunya ataupun suara teriakan Ayahnya.
"Belle, dengarkan aku. Aku tahu aku salah telah mencintai wanita lain. Bagaimana pun kamu tetap istriku. Ibu dari anakku."
"Mas, bahkan kau tidak pernah sadar aku telah berubah demi kamu. Kamu hanya terus menatap Meisha. Aku gak bisa lagi, Mas... Maaf."
"Gak. Aku bisa mencintaimu, Belle. Aku mau mencintaimu. Aku minta maaf karena selama ini aku mengabaikanmu." Phill memeluk Belle dengan erat hingga wanita itu terasa sesak.
"Berjanjilah satu hal. Jangan pernah pergi dari sisiku, Phill."
"Aku berjanji."
.
.
.
.
.
Phill mulai belajar mencintai Belle. Dia tahu, istrinya sudah berusaha menyenangkan hatinya selama ini agar dirinya tahu bahwa Belle memang mencintainya. Dia berubah seperti yang diidamkan Phill.
Kesulitan terbesarnya adalah melupakan Meisha. Wanita itu setiap hari ditemuinya di kantor dan duduk bersebelahan dengannya dalam satu divisi yang sama. Bagaimana cara dirinya dengan cepat melupakan Meisha?
Diingatnya janji terhadap Belle dan Phill bertekad menyingkirkan rasa itu.
Atau dia akan menghancurkan pernikahannya sendiri.
.
.
.
.
.
Seminggu setelah janji untuk belajar mulai mencintai Belle membuat Phill tersadar bahwa istrinya lah belahan jiwanya. Betapa beruntungnya seorang Phill memdapatkan istri sebaik Belle. Istrinya memang bukanlah manusia sempurna, dia pernah salah di masa lalu. Tapi semua itu diubahnya menjadi baik dalam kemasan pribadi yang baru. Belle mau belajar menjadi seperti yang diinginkan oleh Phill.
Waktu menjawab semua ini, Belle mengira kesabaran dan ketabahan telah memberikan apa yang diidamkannya dalam kehidupan pernikahan ini. Cinta. Belle semakin mencintai Phill dan Phill sebaliknya, membuka hati untuk Belle.
Hanya saja, takdir datang kembali menguji kehidupan pernikahan kedua anak manusia ini. Sebuah kabar di tengah malam, membuyarkan mimpi indah mereka. Meisha mengalami kecelakaan saat wanita itu sedang lembur hingga larut malam. Sebuah dering telepon dari seorang teman hendak memberitahukan Phill tentang kondisi rekan kerja yang masih dicintainya itu. Perasaan tidak akan lenyap dalam semalam bukan?
"Jangan pergi... Aku mohon." pinta Belle melihat suaminya tengah bersiap melihat kondisi Meisha.
"Meisha sedang di UGD. Aku khawatir." Phill tidak mempedulikan wajah sakit hati Belle.
"Kau sudah berjanji kan? Tidak akan meninggalkanku?"
"Kamu ini bicara apa! Belle, Meisha mengalami kecelakaan! Aku hanya ingin tahu kondisi keadaannya. Aku tidak meninggalkanmu."
"Phill... Besok pagi saja."
"Maaf. Jika aku tidak ke sana sekarang juga, aku mungkin akan gila."
Blam.
Pintu tertutup mengisyaratkan suaminya masih mencintai wanita itu. Belle hanya terdiam, dilihatnya raut wajah kacau dalam pandangan cermin dan dia hanya tersenyum sedih bercampur sinis.
Kisah ini memang harus berakhir. Aku sudah tidak bisa menahan diri lagi. Aku menyerah mencintaimu, Phill. Aku menyerah...
Dalam pikiran penuh drama, Belle mengambil kopernya dan memasukkan seluruh pakaiannya beserta pakaian Kim. Dia juga mengambil barang penting lainnya namun tangannya terhenti ketika melihay kotak surat yang disimpannya selama ini.
"Ma..." panggil Kim membuka pintu kamar orang tuanya.
"Kim terbangun yah? Maaf ya. Papa dan Mama jadi bangunin kamu."
Belle mengusap lembut kepala anaknya dan menciumi pipinya. Kim bingung dengan apa yabg dilakukan Belle dengan koper-koper di atas ranjang.
"Mama mau pergi?"
"Kita yang mau pergi. Kita akan ke Singapura temui Tante Ayla. Kamu mau kan?" ucap Belle masih dengan mengusap kepala anaknya dan menahan air matanya.
"Memangnya Tante Ayla kenapa Ma? Papa mana? Papa juga ikut?"
Belle menarik nafas untuk mempersiapkan jawaban dari pertanyaan menyesakkan itu.
"Papa dan Mama..."
.
.
.
.
.
Phill menunggui Meisha hingga wanita itu sadar. Ini sudah menjelang pagi dan akhirnya, Meisha sadar.
"Hey, gimana perasaanmu?" tanya Phill yang benar-benar cemas.
"Pak Phill? Kok bisa disini? Di mana Kak Gagas?" tanya Meisha sambil menyapukan pandangan di seluruh ruangan mencari Gagas.
"Gagas ada di ruangan lain. Lukanya cukup parah. Kalian ini kok bisa bersama mengalami kecelakaan sih?" selidik Phill mencari tahu kebenaran.
"Kami baru saja jadian, Pak. Kak Gagas membawa saya untuk menemui teman-temannya di klub. Sayangnya, sebuah truk dari arah kanan melaju kencang karena menerobos lampu merah. Lalu..."
Phill terkejut bukan main. Meisha, idamannya ternyata mencintai Gagas! Terpukul! Sangat menyakitkan!
Phill tidak lagi bisa berpikir jernih saat itu dan tanpa dia tahu, di sisi lain dia juga sudah kehilangan istri dan anaknya.
.
.
.
.
.
Tahu karena dia salah terhadap Belle, Phill berencana meminta maaf hingga bersujud jika diperlukan. Dia sadar bahwa Meisha bukanlah belahan jiwanya selama ini. Dalam perjalanan pulang, Phill menyadari dia hanya menganggumi Meisha. Buktinya dia hanya sakit hati sementara dan tidak sampai menangis begitu tahu wanita idamannya itu sudah memiliki kekasih hati.
Berniat membuka pintu rumah, Phill bingun dengan kondisi pintu itu. Tidak terkunci. Apa Belle tadi hendak mengejarnya untuk mencegah kepergiaanya menjenguk Meisha? Apalagi di tengah malam begitu membuatnya teringat kalau Phill menjadi pria b******k yang melukai hati istrinya.
"Belle..." panggil Phill dalam rumah yang tampaknya sepi.
Di mana istrinya itu?
"Belle?" Phill memanggil lagi.
Tak ada jawaban lagi.
Dengan panik, Phill mencari Belle di setiap ruangan. Kim juga tidak ada di kamarnya. Curiga, Phill akhirnya membuka lemari Belle berharap apa yang ditakutkannya tidak terjadi.
Bruk.
Bagaikan kehilangan tenaga, Phill tidak mampu berdiri saat melihat isi lemari pakaian Belle telah menghilang beserta kopernya. Kim juga sama. Phill dengan panik menelpon Belle dan semua sia-sia. Tidak ada jawaban juga.
Mata Phill menangkap sesuatu yang asing di dalam sudut bawah lemari Belle. Sebuah kotak hitam sederhana ada di sana.
Penasaran membuatnya membuka kotak itu dan melihat banyak surat dari Belle untuk dirinya.
Surat perasaan Belle yang terluka karena Phill mencintai wanita lain.