Juwita berdiri di jendela rumah, memperhatikan Zayn dan Zayan berlarian di pekarangan. Mereka menunggu mobil jemputan yang akan membawa si kembar ke sekolah. Sejak tahun ajaran baru dimulai, rutinitas keluarga kecil itu kembali berjalan seperti biasa. Tidak ada lagi perbincangan tentang Jakarta, tur buku atau peristiwa yang membayanginya. Juwita sengaja menghindari topik itu setiap kali si kembar bertanya dan tampaknya mereka pun perlahan-lahan lupa. Kehidupan mereka berangsur normal sehari-harinya, hmmm, setidaknya begitulah yang Juwita rasakan. Pagi itu, telepon dari Liam mengingatkannya pada janji yang tidak bisa ditunda. Billy, pengacara Dikara, telah mengatur pertemuan. Liam juga sudah mengatur segalanya, dan Juwita tahu ia tidak punya pilihan selain menuruti. Mengabaikannya hanya a

