Dikara mengangkat wajahnya dari berkas-berkas di meja, ketika mendengar seseorang memanggil namanya. Senyum tipis mengulum di bibirnya saat melihat sosok yang masuk ke dalam ruangannya. Ya, adik perempuannya, Arum. Wanita itu melangkah pelan penuh wibawa dan diikuti dua anak kecil mengikuti di belakangnya, ada Bagas berusia dua belas tahun dan Bagus yang masih berumur sepuluh tahun. Dari mereka, tidak ada satu pun dari yang mengenakan seragam sekolah. Dikara langsung menebak-nebak, mungkinkah hari ini, hari libur mereka? “Wah, kejutan macam apa ini? Apa yang membuat adikku tercinta datang langsung ke kantor kakaknya?” kata Dikara, sambil bersandar di kursinya. Keluarganya hampir tidak pernah mendatangi kantornya. Mereka lebih suka menemuinya di penthouse atau mengundangnya makan malam di

