Juwita berdiri di dekat jendela ruang tamu, menanti kehadiran dua anak laki-lakinya pulang dari sekolah. Hari itu Juwita memutuskan untuk tidak mengerjakan naskah karena rasa sakit di kepala yang tidak tertahan. Ia merasa pandangannya kabur dan otaknya tak bisa fokus untuk berpikir. Jadilah, ia hanya menanti dua buah hatinya kembali dari sekolah. Di luar, angin bertiup cukup kencang. Pepohonan di halaman bergoyang, membuat cahaya matahari menembus dan memantul lewat sela-sela ranting. Sorot yang berubah-ubah itu membuat kepalanya semakin berdenyut. Pusing yang semula ringan kini kian menguasai tubuhnya. Akhirnya ia mengambil kacamata hitam, menutup sebagian pandangan, dan memutuskan meninggalkan ruang kerjanya untuk kembali ke rumah. Ia mencoba berlindung di bawah atap teras yang tidak te

