Seminggu kemudian, Dikara duduk di penthouse, memperhatikan tumpukan dokumen yang dibawa Billy. Semua yang dikumpulkan Billy dan Ana tersusun rapi di meja. Tidak ada satu pun detail yang terlewat dalam kronologi yang menjelaskan setiap langkah yang pernah diambil Jelita. Semua telah dibandingkan dengan data miliknya sendiri, menciptakan gambaran lengkap yang sulit untuk diabaikan. Pandangan Dikara tertuju pada foto tubuh sang wanita yang hancur dan penuh luka—setelah kecelakaan itu. Seketika dadanya terasa sesak. Di gambar itu, tubuhnya dipenuhi selang, alat bantu pernapasan, tabung drainase dari sisi rusuk kiri bawah, tepat di tempat tanda lahirnya. Perban melilit kepalanya dan jarum infus menancap di lengannya. Wajah yang dulu begitu ia kenal kini hampir tak bisa dikenali karena bengkak

