EMPAT PULUH SEMBILAN

1558 Kata

Minggu pagi kediaman Dewantara kembali ramai. Dirga beserta kedua orang tuanya, Borne beserta Ben dan Pia, Hana dan Edo, Ira dan Andi, Dean kekasih Ria, juga geng monyet bertandang ke rumah itu guna melepas keberangkatan Ian, Meta dan Dirga sore nanti. “Lo kapan sidang Do?” tanya Ian pada Edo. “Februari atau Maret inshaaAllah.” “Wisudanya?” “Juli.” “Lama dong lo nunggu?” “Yang penting ga bayar semesteran lagi.” jawab Edo seraya mencengir. “Terus?” “Paling nyebarin lamaran dulu aja, pakai SKL.” “Termasuk ke Papa?” Edo mengerutkan keningnya, sementara Anggara – Papa Dirga dan Hana – hanya mendelik. “Emang Papa ada kerjaan buat Edo?” tanya Edo polos. “Ada! Jadi mantu!” Borne yang menjawab dengan nada tengilnya. Edo mencengir lebar, sementara Ian dan yang lainnya terk

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN