Niken meneteskan air matanya. Satu tangannya terulur mengusap pipi Ian.
"Mami bukan tak menyukai Meta, nak." Ujar Niken lirih.
"Meta anak yang baik, menyenangkan, cerdas, tulus, jujur, dan kuat. Tapi menjalin keseriusan dengannya ga akan mudah bagi kamu, nak. Ini bukan hanya soal Ian, tapi juga soal Meta. Meta akan bersandar pada kamu, mengandalkanmu, kamu akan ikut merasakaan deritanya, yang kita sama-sama ga tau sejauh mana ini akan berjalan. Di satu titik nanti, jika salah satu dari kalian ternyata tak sanggup bertahan, bagaimana dengan yang lainnya?" lanjut Niken lagi.
Ian menatap Niken lekat, lalu netranya berpaling menatap Oemar yang sedari tadi tak ikut unjuk bicara.
"Apa Allah cuma bercanda sama Ian, Mi? Membuat Ian jatuh cinta, membuat Meta mengalami ini, membuat Meta meni
