Ayumi, Selin dan juga Mila menatap Natali tak percaya ketika Gadis dengan perawakan langsing itu selesai dari ceritanya. Pasalnya, saat masih di sekolah tadi, Natalie berjanji akan menceritakan tentang hal yang sering terjadi padanya akhir-akhir ini. Termasuk yang terjadi di toilet sekolah. Semuana terasa ganjil dan membuat Natalie tidak tenang memikirkannya. Mungkin, ketiga temannya punya jawaban dari apa yang dia rasakan.
Sekarang mereka sedang berada di kafe Babayaga yang katanya merupakan milik Jastin. Dan kebetulan dekat dari keberadaan sekolah. Sebenarnya Natalie ingin bercerita saat sudah kembali dari kantin tapi karena bel masuk sudah berbunyi alhasil Ayumi nyeletuk agar membicarakannya di kafe setelah pulang sekolah, hitung-hitung sekalian refreshing.
Natalie menggigit bibirnya, gadis itu cemas ketika mendapati reaksi ketiga temannya tak seperti apa yang ia ekspetasi kan.
"Lo, tau gak itu artinya apa?" bisik Ayumi sembari mencondongkan tubuhnya. Seolah mereka sedang membicarakan rahasia negara.
Natalie menggeleng dengan wajah polos. Ya bagaimana bisa tahu, sejak kemarin saja ia memusingkan kejadian itu. "Emang apa?"
Selin ikut penasaran.
"Lo ...." Ayumi seperti sengaja menggantungkan kalimatnya.
"Hissh, apaan sih Yum, cepetan." Selin lebih penasaran.
"Bisa jadi, lo begituan sama setan!" Ayumi memukul meja tepat di akhir kalimat. Beberapa orang melihat ke arahnya, tapi Ayumi masa bodoh.
Kedua mata Natalie membulat hampir sempurna. Ia sedikit mundur karena merasa penjelasan Ayumi tidak masuk akal.
"Apaan, sih. Ya kali gue gitu-gitu sama setan," elaknya. Tidak percaya dengan penjelasan Ayumi. Mana mungkin manusia biasa bisa melakukan hal seperti itu dengan hantu yang notabennya adalah makhluk tak kasat mata dan tak dapat di sentuh. Kecuali hantu itu menjelma menjadi sosok manusia tapi tetap saja tak bisa disentuh,' kan?
Keraguan Natalie membuat Ayumi berdecak sebal. "Gue sering baca buku kek yang ceritanya mengusung tema kayak gitu. Walaupun itu buku fiksi tapi gue percaya. Coba deh tanya Selin kalau gak percaya dia juga sering baca."
Dan saat Natalie menoleh ke Selin, gadis itu mengangguk.
Jika itu memang benar, berarti apa yang Natalie pikirkan sejak semalam terjawab sudah! Berarti, semalam ia berhubungan dengan hantu? Eh? Tapi kenapa bisa?
"Nggak ada istilah kayak gitu. Cerita yang Ayumi baca cuma fiksi." Mila menyahut.
"Yeee, si s**u Milo dibilangin nggak percaya!" gerutu Ayumi.
___________________________________
Setelah mengobrol dengan temannya di kafe, Natalie langsung pulang ke rumahnya. Walaupun mungkin ibunya tidak mencari keberadaannya tapi Natalie juga tidak mau membuat khawatir Bi Ade--pembantu rumah tangganya.
Natalie memasuki kamarnya setelah menyapa Bi Ade di ruang makan. Ibunya masih berada di kantor sampai nanti malam. Wanita itu terlalu sibuk dengan pekerjaannya sampai lupa jika Natalie masih membutuhkannya dan juga kasih sayangnya.
Setelah masuk ke kamar, entah apa yang ia lakukan. Natalie malah mengedarkan tatapannta ke setiap sudut ruangan mencoba mencari sosok yang Ayumi katakan.
Hantu.
Siapa tau hantu itu bisa dilihat pada siang hari. Kalau tidak bisa, apa mungkin Natalie harus menungguhnya pada malam hari?
Perlahan, Natalie menaruh tas miliknya di kursi dan bergegas menuju lemari pakaian untuk mengambil satu kaos dan celana kain pendek. Sebelum menggantinya dengan pakaian yang baru saja ia ambil, Natalie membuka seragam sekolahnya.
Tapi, baru saja ia akan mengenakan kaosnya, sesuatu seolah menyentuh kulitnya. Natalie menggeliat tepat saat sentuhan itu semakin menjadi-jadi. Dan langsung melangkah pelan menuju tepi ranjangnya. Duduk di sana sambil memperhatikan perutnya yang terasa geli. Natalie tidak tahu itu sentuhan apa. Tapi rasanya seperti sentuhan semalam.
Dengan keadaan shirtless hanya menggunakan bra, dan celana pendek Natalie mencoba mencari sesuatu di tubuhnya, yang barangkali ada serangga di sana.
Dan Natalie terkejut bukan main saat sebuah tangan kekar tiba-tiba melingkar di perutnya. Tubuh Natalie menegang, dia gemetar karena ketakutan.
"Si--siapa kamu?!" Natalie belum berani berbalik, bahkan tidak berani menurunkan tangan itu dari sana karena terlalu takut. Ia pun sampai menahan napas, merasakan sesuatu yang entah apa.
"Aku Joshep." Suara itu tedengar berat dan sangat asing di telinga Natalie.
Natalie memberanikan diri untuk bangkit sehingga tangan cowok itu terlepas dari perutnya. Dan dia juga memberanikan diri untuk berbalik agar bisa melihat wajah pria itu. Natalie terkejut bukan main mendapati seorang laki-laki duduk di atas ranjangnya. Badannya kekar, kulitnya putih bersih dan rambutnya juga bagus. Wajahnya memang tampan. Tapi ... sejak kapan laki-laki ini masuk ke kamarnya?
"Kau seksi sekali," celetuk pria itu sambil memperhatikan sesuatu. "Dan semakin terlihat cantik setelah menatapku seperti itu."
Natalie yang tak sadar mengikuti arah pandangnya dan segera menutupi tubuhnya dengan kaos. Kurang ajar, cowok itu dari tadi melihat ke arahnya.
"Lo siapa?" Natalie masih memasang wajah keheranan sekaligus merasa takut. Rasa takutnya itu dipicu oleh dua hal. Pertama, dia tak tahu siapa pria di hadapannya ini. Kedua, mengetahui ada seorang pria di kamarnya tentu saja membuatnya ketakutan. Ini pertama kalinya dalam hidup Natalie semenjak Ayahnya meninggal. "Dan, siapa yang ngizinin lo masuk?"
Jika Bi Ade yang mengizinkannya, sudah pasti Bi Ade memberitahu Natalie leebih dulu. Joshep turun dari atas ranjang. Berdiri tepat di hadapan Natalie sehingga perempuan itu refleks mundur.
"Lo siapa, sih?! Gue nggak pernah ngizinin Bi Ade seenaknya bawa masuk orang apalagi yang gak gue kenal kayak lo gini!"
"I am your boyfriend!" sahutnya tegas. Natalie mundur saat pria itu melangkah maju. Sayangnya, Joshep tidak berniat menjaga jarak malah semakin maju dan Natalie mundur lagi hingga punggungnya menabrak tembok.
"Percuma kau menghindariku karena aku akan bisa mendapatkanmu."
Natalie mematung, saat jemari cowok itu menyentuh bibirnya dengan ibu jarinya. Natalie tidak pernah diperlakukan oleh seseorang seperti ini. Natalie merasa kesal.
PLAAK!
"Lo siapa sih?!" tukas Natalie berani, tangan cowok itu sudah terlepas dari bibirnya setelah disentak olehnya. Tentu saja Natalie marah. Joshep sudah keerlaluan untuk seseorang ayang masuk ke kamarnya tanpa izin.
Bukannya menjawab, pria itu justru mengulurkan tangannya, hendak berjabat tangan dengan Natalie. "Baiklah, aku akan mengenalkan diriku lagi. Aku Joshep."
"Gue gak sepenuhnya pengen tahu lo siapa. Cuma kenapa lo bisa ada di kamar gue sih?"
Tangan Joshep diabaikan Natalie. "Aku sudah lama berada di sini."
"Sekarang keluar dari kamar gue, atau mau gue panggilin satpam?!" ancam Natalie, tapi dengan raut wajah ketakutan. Faktanya memang Natalie yang dibuat takut bukan laki-laki asing di depannya ini.
Dan apa maksud dari kata 'Lama berada di sini'?
"Benarkah? Silakan saja," jawabnya lalu berbalik dan melangkah hingga kakinya berhenti di depan pintu lalu menoleh menatap Natalie sebentar sebelum ahkirnya tubuh tinggi itu menembus pintu di depannya.
"ASTAGA!!!"
Natalie memekik, gadis itu lari menuju ranjangnya lalu menutupi dirinya dengan selimut.
Apa yang barusan ia lihat? Benarkah laki-laki yang baru saja mengobrol dengannya adalah hantu? Ah, sayangnya ia tak memperhatikan kakinya, apakah melayang atau menyentuh lantai.
"Semoga aja gue cuma mimpi." Baru saja Natalie akan mencubit pipinya sendiri, namun tangan kekar yang ia lihat sebelumnya menarik tangannya lalu tiba-tiba Natalie berada di atas tubuhnya.
"AAAAAA!!!" lagi-lagi Natalie memekik dan memukul tubuh Joseph dengan brutal. Tapi sedetik ia berpikir, jika Joshep adalah hantu, mengapa ia bisa menyentuh tubuhnya? Tapi, jika Joseph bukan hantu, mengapa laki-laki itu bisa menembus pintu dan tiba-tiba bisa berada di sebelahnya?
"Pukul saja terus, sampai kamu benar-benar kelelahan." Tepat saat Joseph mengatakan itu Natalie mengentikan pukulannya.
Joshep memegang pinggang ramping Natalie, gadis itu tak protes tapi matanya menatap tajam pada tangan yang seenaknya hinggap di pinggangnya.
"Lepasin!" pinta Natalie sambil menarik paksa tangan Joseph. Sayangnya, tarikannya itu tak ada apa-apanya.
"Nikmati saja." Joshep berkedip genit.
Tiba-tiba tangan Joseph yang satunya mendorong punggung Natalie agar mendekat padanya, alhasil setelah kepala Natalie hanya berjarak beberapa senti dengan kepala Joshep, laki-laki itu mendaratkan bibirnya di bibir Natalie tanpa izin.
Perlakuan yang tiba-tiba itu mengejutkan Natalie. Kedua bola matanya melebar. Dan Natalie langsung menjauhkan kepalanya dari kepala Joshep. Namun Joshep kembali menariknya dan mendaratkan bibirnya di bibir Natalie.
Itu sebuah pemaksaan.
SRAAK!!
Dengan kekuatan penuh, Natalie berhasil melepaskan diri. Dia langsung menatap tajam pria asing di hadapannya ini. Apa-apaan, ini semacam pelecehan! Natalie tidak mengenalnya dan secara tiba-tiba pria ini ada di kamarnya. Ini sangat tidak masuk akal dan wajib dilaporkan.
"Pergi dari sini!" teriak Natalie setengah membentak.
"Bagaimana aku bisa pergi dari sini, jika ini adalah rumahku?" jawabnya dengan nada suara yang terdegar menyebalkan di telinga Natalie.
Wajah Natalie melongo. "Lo benar-benar orang gila. Pertama, gue gak kenal lo siapa---"
"Aku Joshep," potongnya.
"Kedua, gimana bisa lo ngaku-ngaku ini rumah lo dan lo mencoba ngelecehin gue! Waras?"
"Melecehkan?"
Natalie mengangguk mantap. "Lo pikir, dengan pegang-pegang gue semau lo itu bukan pelecehan, huh?" bentak Natalie lagi. Kekesalannya sudah di atas awan.
"Maaf, aku pikir kau menyukainya."
"Gila!"
"Bolehkah aku mengobrol serius denganmu?" Joshep hati-hati bertanya.
Natalie mengernyit. "Nggak!" jawabnya ketus. "Keberadaan lo ini bikin gue takut. Jadi, mending lo pergi! Sebelum gue laporin ke kantor polisi karena lo udah berani nyium gue tanpa izin!" ancam Natalie tanpa rasa takut.
"Aku tidak bisa pergi kemana-mana karena di sinilah aku tinggal. Aku bersamamu selama ini, Natalie."
Dari mana pria ini tahu namanya? Dan apa katanya? Dia tinggal di sini?
Natalie menimbang lebih lama lagi, dia bertanya-tanya pada dirinya sendiri tentang siapa pria di hadapanya ini. Dia memang tampan, tapi itu tidak lantas membuat Natalie luluh dalam sekejap seperti dalam novel-novel kebanyakan.
Pertanyaan paling penting saat ini adalah haruskah Natalie membiarkan pria itu mengobobrol dengannya atau sebaiknya mengusirnya saja?
***
Masukan cerita ini ke library ya guys!
Untuk cerita Romance lainnya, aku saranin kalian baca 40 Days dan Oke, Bos!
Bantu naikin love cerita ini guys!
Sorry, typo bertebaran!n