Everyone has their own way of feeling and facing it. What matters is not how deeply we mourn, but how we keep moving forward without forgetting those we once loved. *** “Ma?” Andien bernapas dalam, mengusap dan menepuk-nepuk wajahnya. Ia melangkah, meninggalkan tepi ranjang. “Uni dan Teteh kenapa?” balas Andien saat mendapati putri-putrinya bersandar di bingkai pintu kamarnya. Keduanya tak langsung menjawab, namun justru memerhatikan paras sang ibu. “Lapar?” tanya Andien lagi. “Makan duluan aja. Papa dan Abang masih di jalan.” “Mama?” tanya Anne. “Mama nanti aja, tunggu Papa dan Abang.” “Anne juga nanti aja.” “Ca juga,” timpal Cantika. “Ibu kok ngga ada, Ma?” tanyanya kemudian seraya memanjangkan leher, menelisik situasi di balik punggung Andien. “Lagi ke supermarket. Beli samba