Mereka pikir ini akan menghancurkanku, tapi mereka lupa—aku tidak sendirian. *** “Makan, Bang,” ujar Meta yang baru saja masuk ke ruang rawat inap Sofi, bersama Ian. Ia meletakkan dua bungkus nasi uduk di atas coffee table, dan satu bungkus lainnya di atas nakas, tepat di samping ranjang pasien. “Belum makan malam kan?” “Belum, Mi,” jawab Eldra. “Makasih.” Meta mengangguk, mengacak-acak surai Eldra sebelum kembali ke sisi Ian. Eldra menatap bungkusan makanan itu, menghela napas panjang. “Kenapa, El?” tanya Sofi. Bungkusan itu Eldra putar, hingga tulisan yang mengganggunya terbaca tunangannya. “Ngga boleh dibuka,” selorohnya seraya menunjuk rangkaian aksara yang berbunyi ‘dokumen negara – sangat rahasia.’ Sofi otomatis tergelak, lalu meringis karena rasa tak nyaman dan nyeri yang be