Shaka keluar dari kamar mandi, rambutnya masih basah setelah keramas. Tetesan air jatuh dari helai rambutnya ke kaus tipis yang ia kenakan. Sementara itu, Anya duduk di sofa, terlihat lebih rapi dibandingkan sebelumnya. Rambutnya sudah tertata, dan bajunya pun bersih tanpa kusut. "Sudah lapar?" tanya Shaka sambil duduk di sebelahnya. Anya hanya menoleh, bukan untuk menjawab pertanyaannya, tetapi untuk menunjukkan sesuatu yang baru saja ia sadari saat bercermin di kamar tadi. Ia menyibakkan rambutnya, menyingkap leher hingga tulang selangkanya, memperlihatkan beberapa titik merah yang mencolok. "Gimana ini nutupnya?" tanyanya, nada suaranya sedikit kesal. Alih-alih mencari solusi, Shaka malah tersenyum dan dengan santainya mengusap bekas itu dengan ujung jarinya. "Wih, bisa merah banget