Ellaine tiba di tempat yang sangat familiar baginya, tempat di mana dulu ia habiskan waktu hanya berdua bersama Andre sang mantan. Entah mengapa orang itu memintanya kembali mendatangi tempat penuh kenangan ini. Ellaine memasuki koridor yang menghubungkan bilik-bilik ruangan tanpa mempedulikan tatapan aneh dari orang-orang disana. Tujuannya hanya satu yakni menemui orang yang telah membuat emosinya naik ke ubun-ubun. Ellaine menghela napas panjang saat ia berada tepat di depan ruangan bernomor 8A. Tulang rusuknya terasa berhimpitan ketika menatap gagang pintu yang tidak berubah sama sekali sejak terakhir ia datang. “Aku datang, buka pintunya” kata Ellaine agak keras. Namun tidak daa sahutan apapun dari dalam, Ellaine memutuskan untuk membuka engsel pintu dan berharap pri