Aku dan Valdo masih terpaku di samping meja makan, tempat kami tadi berciuman mesra ketika melihat sosok Papa Fendy dan mamaku berdiri di sana. Mama hanya tersenyum sambil memandangku tapi wajah papaku merah padam tanda dia sedang menahan kemarahannya yang memuncak. Papa melangkah masuk tanpa lagi diundang. “ Kamu sudah gila ya?” Jeritnya menggelegar sampai aku gemetaran. Valdo memengang tanganku erat tanda dia akan bertanggung jawab menerima semua kemarahan papa. “ Maaf Om.”Kata Valdo. “Diam kamu! Tidak ada hakmu untuk ngomong. Tidak ada hakmu untuk memperlakukan anakku yang sedang kebingungan dengan keplayboyanmu itu.” Geram papa tanpa ampun. “ Valdo tidak playboy, Pa. Kami saling mencintai.” Kataku karena tidak mau Valdo dikatain playboy. “Kamu itu hanya bingung, bukan cinta. Kamu