Kyra terus mengayuh tanpa henti. Pikirannya kacau, hatinya hancur, logikanya seakan tidak mau diajak untuk berkompromi. Ia telah menyusuri banyak jalan random yang ia lewati bersama sepedanya. Bukan. Bukan jalan menuju rumahnya. Melainkan jalan tak menentu yang tak mempunyai arah tujuan untuk melangkah sampai ia lelah. Semua jalan terdekat sudah ia jelajahi, apakah ia harus pergi ke jalan yang lebih jauh lagi? “Capek, pengen istirahat tapi nggak ada tempat untuk pulang. Kalau ujungnya bakal kena marah lebih baik Kyra menghilang selamanya. Kayaknya enak juga hidup tenang tanpa permasalahan ya?” ucap Kyra kepada dirinya sendiri saat sedang berhenti di depan lampu merah. Saat ia sedang menunggu di depan lampu lalu lintas, Kyra melihat seorang bapak-bapak yang sedang berjualan pisau. B

