Part 14

1397 Kata
Bel pulang sekolah berbunyi menandakan waktu jam pelajaran telah usai. Siswa dan siswi baik kelas sepuluh, sebelas, serta dua belas segera pergi meninggalkan kelas mereka untuk pulang menuju rumah mereka masing-masing. Begitupun halnya dengan Kyra. Ia kembali pulang seperti mana biasanya. Dan tentu saja ia pulang sendiri tidak bersama sang adik Keila karena memang mereka tidak pulang bersama. Kyra berjalan ke arah parkiran sepeda ingin mengambil sepedanya. Sesampainya di sana ia langsung mengambil sepedanya lalu mengayuhnya untuk pulang ke rumah. Di saat ia ingin keluar dari gerbang sekolah, tiba-tiba saja jalannya di hadang oleh Aldo yang tiba-tiba datang dan menghadang jalan Kyra. Entah apa yang akan dilakukan cowok itu Kyra pun tidak tahu tiba-tiba menghadangnya seperti tak punya dosa. Padahal jelas-jelas kejadian tadi siang saat di kantin masih terpikir jelas dibenaknya yang membuat dirinya seakan masih terbayang dengan kata-kata dan kalimat menusuk yang dikatakan Aldo kepadanya. Akan tetapi tiba-tiba tanpa dosa anak itu muncul kembali di hadapannya tanpa meminta maaf terlebih dahulu atas kesalahan yang ia perbuat baru-baru ini. Apakah ia tidak berpikir bagaimana rasanya dihina oleh pacar sendiri? Terlebih lagi Aldo menghinanya di depan seluruh penghuni kantin yang membuat nama Kyra menjadi jelek saat itu juga ketika orang lain menatapnya. Kyra memang bisa merasakan mana orang yang menyukainya dan mana orang yang tidak menyukainya. Se-simpel itu dengan cara melihat kedua mata mereka. Ya, tak bisa dipungkiri bahwa mata seolah merupakan indera yang sangat berguna untuk manusia. Selain berguna untuk melihat dunia luar dan sekitar, mata juga berfungsi untuk mendeteksi perilaku manusia saat sedang berinteraksi ataupun bersosialisasi kepada kita. Dari mata semua dapat terbaca. Mulai dari pergerakan suka dan tidak suka semua itu akan tergambar dan terpampang jelas lewat indera penglihatan kita. Maka sudah sepantasnya kita berperilaku baik kepada semua orang agar tatapan mata kita menjadi teduh tidak penuh dengan tatapan iri dan dengki sebagaimana yang ada di dalam hati manusia. Lanjut ke topik cerita, Aldo yang tiba-tiba memberhentikan sepeda Kyra dengan berdiri tepat di depan Kyra langsung mengutarakan apa yang dia inginkan saat itu juga tanpa meminta maaf terlebih dahulu kepada gadis itu. “Temenin gue.” pinta Aldo dengan nada yang di dalamnya tidak mau adanya penolakan. “Temenin kemana?” tanya Kyra bingung. “Makan.” “Makan? Dimana?” “Di cafe lah,” “Ngapain?” “Ya makan lah dodol! Lo ini udah jelek tell me juga ya ternyata. Susah dikasih tahunya.” cerocos Aldo sambil menghina Kyra. Padahal ia sendiri yang meminta bantuan untuk menemaninya. “Ngapain aku temenin Kak Aldo? Aku kan' jelek nanti Kak Aldo malu lagi kalau bawa aku.” “Benar juga sih, lo jelek. Tapi ya mau gimana lagi adanya lo untuk jadi bahan gabut gue,” tukasnya, “buru gue laper!” “Nggak mau.” ucap Kyra tanpa berpikir panjang terlebih dahulu. Kyra yang awalnya tidak enakkan kini mulai memberanikan dirinya karena mulai terancam. Bukan tanpa sebab ia melakukannya, Kyra melakukannya karena tak ingin ada perang dunia ketiga oleh Anton dan Farah. Ya, gara-gara ulah Aldo kemarin Kyra mendapatkan hukuman yang banyak serta bertubi-tubi di rumahnya. Hukuman itulah yang membuat Kyra menjadi pusing dan memilih untuk mencari jalan aman dengan lebih baik berkata tidak mau dari pada nantinya dirinya yang akan terkena imbasnya lagi. Sudah cukup kemarahan kemarin, Kyra benar-benar tidak mau merasakannya lagi. Dirinya seolah berkata untuk tegas jika sedang diterpa badai. Dan akhirnya setelah melalui malam-malam yang panjang akhirnya ia berani untuk berkata tidak. Menjadi seseorang dengan sifat tidak enakkan memang terkadang membuat kita merasa bersalah dan tidak enak hati kepada orang yang dituju jika tidak mengiyakan apa yang dikatakannya. Kelemahan orang nggak enakan memang begitu, tidak bisa menolak permintaan orang lain walaupun dirinya sedang terjebak. Namun alangkah baiknya jika sesekali kita memberanikan diri seperti Kyra agar tidak terkena masalah lagi dan lagi.  Kelihatannya Kyra memang sudah kapok terkena amukan setiap hari yang menjadikannya harus sedikit tegas untuk menolak apa yang orang lain inginkan sementara diri sendiri tidak menginginkan hal tersebut. Mengambil keputusan memang terdengar sulit, namun jika kita tak mengambilnya maka orang lain akan lebih seenaknya dengan kita karena sikap tidak enakan kita kepada orang lain itu. “Lo bilang apa tadi barusan?” kata Aldo ya ng seolah tak percaya dengan apa yang Kyra katakan. “Aku nggak mau ikut.”  “Oh, udah berani ya sekarang nggak nurut sama gue?” “Aku lebih takut sama Ayah dan Ibu aku serta Tuhan yang maha esa, Kak. Kalau nanti aku pulang terlambat lagi bisa-bisa aku udah diamuk habis-habisan sama Ayah, maaf, Kak. Aku pergi.” ujar Kyra mengakhiri. Aldo tidak menahan sepeda Kyra, anak itu malahan tertawa mendengar penjelasan Kyra yang sangat polos tersebut. “Kasihan juga, tapi seru kalau gue kerjain terus.”  *** Kyra pulang ke rumahnya dengan keadaan selamat. Ia segera menaruh sepedanya lalu mengetuk pintu dan masuk ke dalam rumahnya. Seperti biasa, ia kembali melakukan hal dan aktivitas yang selalu rutin ia kerjakan setiap habis pulang sekolah yang tak lain adalah membereskan rumah dan memasak untuk makan malam. Untung saja Kyra tidak menuruti permintaan Aldo tadi, jika ia benar-benar menuruti maka sudah pasti dirinya akan terken amarah Anton dan Farah kembali karena pulang terlambat. Pukul 21.00 WIB.  Kyra kembali mempelajari pelajaran yang diberikan gurunya tadi pagi di kelas. Walaupun Kyra terlihat culun dan tidak good looking, ia memiliki otak yang pintar karena keambisannya. Baginya tidak masalah walaupun penampilannya terlihat tidak kurang namun dirinya harus mempunyai skill dan keahlian dalam otaknya yang akan membantunya untuk mencari pekerjaan di suatu saat nanti. Berbeda dengan Kyra, Keila sudah tertidur lelap terlebih dahulu di atas ranjangnya. Kyra masih fokus mempelajari materi yang diajarkan tadi pagi agar tidak lupa. Ya, tidak dapat dipungkiri memang terkadang materi pagi kerap kali terlupakan jika tidak dipelajari kembali. Ibarat mata pisau yang tidak di asah maka ia akan tumpul. Sementara mata pisau yang selalu di asah seperti belajar terus menerus walaupun berulang-ulang maka akan semakin tajam seperti halnya ingatan. Hal itu terjadi karena faktor terbiasa lalu menjadikannya sebuah ingatan karena kebiasaan tersebut. Satu jam kemudian... Kyra selesai belajar. Ia memutuskan untuk merapikan buku-buku pelajaran yang sudah ia pelajari, di saat ia sedang merapikan buku-buku pelajarannya tiba-tiba saja ponselnya berdering saat itu juga. “Nomor telepon tak dikenal?” kata Kyra kepada dirinya sendiri. Seketika itu juga dirinya langsung teringat dengan perkataan Aldo yang mengatakan bahwa penelepon tak dikenal itu adalah Aldo. Cepat-cepat Kyra segera mematikannya. Akan tetapi ponselnya masih saja terus berdering, Aldo masih terus menelepon Kyra tanpa henti hingga akhirnya Kyra memutuskan untuk mengangkatnya. “Halo, ini si—“ “Ini Aldo, nggak usah pura-pura nggak tahu lo ya,” ucap Aldo dari dalam telepon, “sok-sok nggak ngangkat, pura-pura nggak tahu juga telepon dari siapa. Sok kayak orang penting aja lo!” Kyra menghela napasnya perlahan lalu melanjutkan, “Ada apa malam-malam telepon, Kak?” “Mau nagih utang.” “Utang?” beo Kyra, “aku nggak punya utang sama Kakak.” “Utang temenin ke cafe tadi, lo kan' nggak mau nemenin gue jadinya lo masih ada utang sama gue.” “Loh, terus aku bayarnya gimana?” “Ya temenin gue telepon lah. Gue bosen, lo kan' bahan gabut gue.” “M-Maaf, Kak. Nggak bisa.” “Kenapa nggak bisa? Udah kayak orang kecantikan aja lo ngomong nggak bisa teleponan sama gue. Padahal mah jelek nggak ada apa-apanya dibandingkan mantan-mantan gue.” “Aku mau tidur udah malam, nanti aku kena marah.” kata Kyra tanpa memedulikan Aldo. Aldo ini aneh. Dia yang meminta untuk ditemani namun dia juga tetap menghina Kyra. “Ya itu sih urusan lo ya, gue nggak mau tahu lo harus nemenin gue telepon.” “Kak... Maaf, aku nggak bisa.” “Oh, gitu. Ya udah matiin aja telepon gue.” ujar Aldo yang membuat Kyra bingung ada apa dengannya tiba-tiba. “Boleh, Kak?” “Boleh,” “Ok—“ “Boleh kalau lo mau dapat sesuatu besok di sekolah, lihat aja.” Hening. “Matiin aja teleponnya cepet.” “Nggak jadi, Kak.” “Kenapa?” “Aku cari aman aja.” Mendengar nada suara bicara Kyra membuat Aldo tertawa jahat. Aldo tak bisa membayangkan bagaimana ekspresi wajah Kyra saat itu juga. Karena Kyra menggunakan mode speaker, otomatis suara Aldo terdengar keras dari ponselnya yang membuat Anton mendengarnya dari balik pintu Kyra. “KYRA? SUARA COWOK SIAPA ITU, HAH? TELPONAN SAMA SIAPA KAMU MALAM-MALAM BEGINI?” Deg! ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN