Part 12

1223 Kata
Jam istirahat berbunyi, Kyra memutuskan untuk pergi ke kantin untuk membeli biskuit ringan untuk mengganjal perutnya. Di kantin, ia bertemu dengan Aldo yang meminta dirinya untuk duduk di meja pojok kantin. “Woi, sini!” panggil Aldo kepada Kyra. Kyra pun menurut karena takut. “Ada apa, Kak?” “Tolong belikan gue somay dong, sama es teh.” “Sekarang, Kak?” “Ya iyalah!” “Tapi ramai, Kak.” “Bodo amat, apa peduli gue kalau ramai? Udah buru sana beli! Nih uangnya!” Kyra menghela napasnya perlahan lalu berjalan mengantre memecah kerumunan untuk membelikan Aldo somay. Setelah selesai mengantre ia meminta untuk izin pergi dari sana namun Aldo tidak mengizinkannya. Aldo meminta Kyra untuk menemaninya di sana. “Permisi Kak, aku izin ke ke—“ “Nggak.” “Apa?” “Lo di sini aja jadi b***k gue. Nanti gue mau makan batagor tolong beliin ya, tapi nanti abis gue makan somay.” “T-Tapi—“ “Lo nggak nurut sama gue lo abis sama gue.” “Baik, Kak.” jawab Kyra sembari menelan salivanya. “Oh, ya, btw yang nelepon lo semalam itu gue.” “Hah?” beo Kyra langsung saat mendengar pengakuan Aldo, “Kak Aldo tahu dari mana nomorku?” “Kepo amat.” “Kak?” “Entar malam kalau gue telepon angkat ya, buat nemenin gue gabut lo kan pacar gue.” Hening. “Ya meskipun lo jelek nggak menarik gue maklumi.” “Nggak bisa, Kak,” “Nggak bisa apa?” “Aku nggak bisa teleponan.” “Kenapa? Lo punya cowok?” “Bukan.” “Terus?” “Aku takut Ayah aku marah karena aku teleponan sama cowok. Jangan ya kak!” mohon Kyra kepada Aldo yang membuat Aldo semakin tertantang. “Oh, jadi ceritanya lo ini anak strict parents ya? Okelah kalau begitu.” “Oke apa, Kak?” “Oke gue telepon.” tukas Aldo, “pokoknya lo harus nerima telepon gue malam nanti, nggak mau tahu gue!” “Tapi Kak—“ “Kalau lo nggak nurut sama gue, lihat  balasannya.” ancam Aldo yang membuat Kyra takut. Deg! Aldo pun melanjutkan menyantap somaynya dengan lahap di depan Kyra yang diam di tempat. “Sana lo beli makanan.” suruh Aldo. “Iya, Kak.” Kyra berdiri dan berniat untuk pergi dari sana. “Ettt, tunggu dulu!” Aldo menahan tangan Kyra. “Apa, Kak?” “Abis beli makanan lo ke sini lagi. Jangan harap untuk kabur.” Kok dia bisa tahu? Batin Kyra. “Awas aja kalau nggak ke sini lagi.” “I-Iya, Kak.” jawab Kyra yang memutuskan untuk membeli roti cokelat saja. Masih seperti tadi, kerumunan masih ada di kantin tersebut karena banyaknya siswa dan siswi SMA yang kelaparan. Di saat Kyra sedang mengantre, ia melihat para siswi sedang memperhatikan dirinya sembari berbisik diantara satu sama lain. Yang tak lain dan tak bukan adalah bahwa mereka sedang membicarakan Kyra. Tidak dapat dipungkiri semenjak kejadian Aldo mengklaim Kyra adalah pacarnya semua orang termasuk para siswi seakan-akan terlihat menunjukkan reaksi tak suka mereka terhadap Kyra. Aneh, Kyra yang diklaim pacar oleh Aldo malah mereka yang marah karena tak setuju. Terlebih lagi mereka berbisik dengan nada yang lumayan agak terdengar di telinga Kyra yang membuat Kyra mendengarnya. Kyra dapat memaklumi jika mereka memang tak menyukai dirinya, namun mereka selalu saja menyenggol tentang fisik dan penampilannya yang katanya sangat tidak sesuai untuk menjadi pacar seorang Aldo yang keren. Kyra memang berpenampilan tidak menarik, rambutnya terlihat kusut namun tetap digerai, memakai kaca mata berlensa tebal, kaus kakinya panjang mencontohkan anak teladan, atribut lengkap, serta wajahnya polos tanpa adanya riasan sedikitpun. Bibirnya berwarna keunguan karena tak ia oleskan lipbalm ataupun liptint berwarna untuk merubah warna bibir menjadi lebih segar. Karena pada dasarnya dan sejatinya, Kyra memang tidak mengerti semua itu. Ia hanya seorang gadis cupu belaka yang kerap diacuhkan. “Lihat itu pacar Kak Aldo yang ganteng itu loh!” bisik salah satu siswi kepada siswi yang lainnya. “Oh, ya? Serius?” “Serius dong masa bercanda sih?” “Kok gue nggak nyangka ya selera Kak Aldo kayak begitu.” “Ah, asli! Gue juga nggak nyangka selera dia jadi turun drastis, padahal kan' Kak Aldo ganteng, tentu banyak dong cewek cantik juga yang mau sama dia.” “Udah gue bilang kalau bentar lagi si Kyra juga bakal diputusin sama Kak Aldo. Enam hari lagi, kita tunggu aja kan' biasanya Kak Aldo kalo pacaran sama cewek nggak lebih dari seminggu.” “Eh, iya juga ya kan' Kyra cuma dijadiin bahan mainan karena kalah taruhan Kak Aldonya.” “Nah, iya begitu!” Deg! Apakah Kyra mendengarnya? Ya, tentu saja Kyra mendengarnya. Namun ia hanya bisa diam tak berani membalasnya hingga akhirnya giliran dirinya yang dipanggil bibi kantin karena melamun. “Hei, Nak? Jadi beli nggak kamu? Kok diem aja di situ. Banyak yang ngantre loh!” “Eh? I-Iya Bu, maaf.” Setelah selesai membeli roti, Kyra pun kembali ke meja kantin tempat dimana Aldo berada. Tak lupa ia membaca doa terlebih dahulu sebelum memulai menyantap rotinya. Lalu Kyra pun menyantap rotinya. Kyra menyadari bahwa Aldo memperhatikannya sejak ia duduk bahkan hingga makan roti Aldo masih memperhatikannya yang malah membuat Kyra agak sedikit malu dan gugup dibuatnya. Aldo yang menyadari Kyra terlihat malu-malu tersebut langsung menyemprotnya dengan kata-kata yang kasar padahal Kyra tidak melakukan kesalahan apapun. “Nggak usah sok malu-malu gitu gue lihatin. Gue bukan terpesona sama lo tapi malah ilfeel.” Deg! “Cara makan lo nggak banget sih? Muka lo juga nggak banget untuk dilihat.” “...” “Ah, jadi nggak selera makan gue lihat lo. Gue mau cabut.” “T-Terus? Batagornya nggak jadi beli ya, Kak?” tanya Kyra masih baik kepada Aldo meskipun cowok itu menghinanya. “Nggak.” “Kenapa?” “Gue udah mual nggak mood makan gara-gara liat muka lo itu!” Deg! Sebuah kalimat dari Aldo mampu membuat Kyra insecure kembali. Ia yang tadinya sudah dapat berkompromi dengan dirinya sendiri untuk tidak lagi membandingkan dirinya dengan orang lain serta insecure, kini mulai kembali memulai masa-masa sulitnya lagi karena ucapan yang keluar dari dalam mulut Aldo yang menyadarkannya tentang betapa tidak berharganya dirinya di mata orang banyak. Kyra tahu bahwa ia tak secantik yang lainnya. Kyra juga sadar bahwa ia tak se-good looking para siswi yang bersekolah di SMA tersebut. Ia sadar bahwa ia hanya remahan Rengginang biasa. Yang mudah rapuh jika ditekan walaupun pelan. “Rawat kek udah gue bilang juga, mana ada yang mau sama lo selain gue? Kalau nggak karena taruhan aja gue nggak bakal mau sama lo! Dasar jelek!” sentak Aldo yang mengeluarkan kata-kata sarkasnya di depan Kyra dan banyak orang di sana.  Penghuni kantin menjadi saksi bisu bahwa Aldo yang katanya pacar Kyra membully Kyra sendiri karena fisiknya yang tidak good looking. Apakah Aldo tidak berpikir bagaimana kerasnya kehidupan? Atau bagaimana Aldo tidak berpikir secara logika siapakah yang sudah membantunya membersihkan Aula kemarin hingga Kyra terkena marah oleh kedua orang tuanya yakni Anton dan Farah? Oh, tidak. Baru saja Kyra menyisihkan tenaganya sedikit untuk mengantre membelikan Aldo siomay diantara sesaknya kerumunan yang berisikan banyak orang-orang kelaparan.  Apakah ia tidak memikirkan bagaimana Kyra mengantre dengan banyak orang di sana demi membelikan Aldo siomay agar tidak usah lelah-lelah mengantre? Dasar tidak bersyukur! ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN