Kyra mengayuh sepedanya melewati jalan raya untuk ke sekolah. Pagi ini ia kembali untuk berangkat ke sekolah dengan menggunakan sepedanya.
Di kepalanya masih saja terpikirkan tentang kejadian tadi malam yang menambah pikirannya. Sikap Anton dan Farah juga tidak sehangat pagi kemarin yang dimana mereka memperlakukan Kyra lebih baik dari pada biasanya.
Namun sekarang sikap mereka kembali seperti semula. Ya, memperlakukannya dengan tidak baik kembali.
Semenjak kejadian tadi malam, Kyra kerap kali disindir oleh Anton dan Farah mengenai dirinya yang sudah punya pacar.
Padahal jelas-jelas Kyra tidak mau menjadi pacar Aldo namun Aldo yang memaksanya untuk menjadikan Kyra pacarnya. Tahu sendiri kan' resiko jika Kyra tidak mengiyakan permintaan Aldo.
Aldo juga sepertinya ingin membuat Kyra kena marah, terlihat dari caranya menelepon Kyra tengah malam dan berbicara terang-terangan kepada Anton bahwa dirinya adalah pacar Kyra.
Entah lah, Kyra benar-benar frustrasi dibuatnya.
Kyra juga akan memberanikan diri untuk memutuskan hubungannya dengan Aldo seperti yang dikatakan Anton tadi pagi bahwa dirinya harus memutuskan hubungannya dengan Aldo pada hari ini juga.
Jika tidak, maka ponsel Kyra tidak akan pernah dikembalikan oleh Anton. Kyra juga sebenarnya tidak percaya jika nantinya Anton akan mengembalikan ponselnya kembali, karena tatapan mata Anton malam tadi seakan menjelaskan bahwa emosinya tidak dapat lagi dipendam dikarenakan Aldo menelepon Kyra.
Jalan satu-satunya untuk Kyra bisa mengakses internet adalah melalui warnet. Mau tidak mau Kyra harus pergi setiap malam ke warnet jika ingin mengakses internet untuk menambah ilmu pengetahuan tentang pelajaran yang tak ada di dalam buku.
Kyra ke warnet bukan untuk main game seperti yang orang-orang lalukan, ia pergi ke warnet melainkan untuk belajar tentang pelajaran karena dapat mengakses internet melalui Google.
Jika ponselnya tidak disita Anton, tentu saja Kyra tidak usah susah-susah pergi ke warnet untuk mendapatkan akses internet yang ia mau. Namun mau bagaimana lagi? Ponselnya sudah disita Anton dan sepertinya mustahil untuk Anton membelikannya, jadinya Kyra memilih jalan pintas dan cepat saja untuk dirinya pergi ke warnet demi mengakses internet untuk menambah wawasan di dalam otaknya.
Kyra memberhentikan sepedanya saat lampu lalu lintas menunjukkan warna merah.
Sembari menunggu lampu lalu lintas itu berubah menjadi warna hijau, Kyra melihat ke sekeliling jalanan dan melihat seorang nenek tua tuna netra yang berdiri di dekat lampu lalu lintas.
Sepertinya ia ingin menyebrang jalan namun kesusahan. Merasa iba karena tidak ada satupun orang di sana yang membantu nenek tersebut, Kyra pun' memutuskan untuk membantunya menyebrang jalan. Sebelum lampu lalu lintas itu berubah menjadi hijau, Kyra segera menghampiri nenek tua tersebut dengan menepikan sepedanya di dekat trotoar lalu menemui sang nenek.
“Permisi, Nek, Nenek mau nyebrang jalan ya?” tanya Kyra kepada nenek tua tersebut memastikan.
“Iya, Nak, Nenek mau nyebrang jalan. Lampunya masih merah atau udah warna hijau ya?” jawab sang Nenek tanpa melihat Kyra.
“Lampunya masih merah kok, Nek. Kalau gitu ayo Kyra bantu nenek untuk menyebrang jalan.” ucap Kyra menawarkan.
“Loh, memangnya nggak ganggu waktumu?”
“Nggak sama sekali, Nek. Ayo Nek, Kyra bantu nyebrang jalan mumpung belum lampu hijau.” kata Kyra lemah lembut membuat sang nenek yakin bahwa Kyra merupakan orang baik.
“Baik, Nak.”
Kyra pun menggenggam jemari tangan nenek tersebut lalu membantunya berjalan menyebrang jalan. Tangan kanannya memegang tangan nenek tersebut sedangkan tangan kirinya melambai bak burung terbang yang meminta kepada pengendara untuk tidak menancapkan gas mereka karena ia sedang menyebrang jalan.
Akhirnya, Kyra telah sampai di ujung jalan dengan nenek tersebut.
“Sudah sampai, Nek.” ujar Kyra yang mendapatkan ucapan terima kasih kepada sang nenek.
“Terima kasih, ya, Nak. Kamu baik sekali sudah mau membantu Nenek menyebrang jalan. Walaupun Nenek nggak bisa melihatmu, namun Nenek yakin kamu adalah orang baik juga cantik yang Tuhan taruh di bumi untuk memberikan pertolongan kepada orang-orang yang membutuhkan seperti Nenek sekarang ini,” jelas Nenek tersebut lalu tangannya meraba rambut Kyra dan mengelusnya, “kamu orang baik, Nenek yakin kebaikanmu akan berbuah manis dengan mendatangkan seseorang yang akan merubahmu menjadi pribadi yang cantik luar dalam.”
“Aamiin,” ujar Kyra sembari berdoa, “tapi aku nggak cantik, Nek. Kawan-kawan bilang kalau aku jelek.”
“Hei, kamu nggak boleh ngomong begitu. Semua wanita itu cantik dengan cara mereka masing-masing, termasuk dengan kamu, Nak. Kamu wanita hebat dan cantik.”
Kyra tersenyum mendengarnya, hanya kata-kata sederhana namun mampu membuat dirinya seakan merasakan pelukan hangat dari seseorang yang dapat mengerti perasaannya yang sedang kacau pagi ini.
Karena waktu yang tak memungkinkan dirinya untuk berbincang dengan sang nenek dikarenakan ia harus pergi ke sekolah, akhirnya Kyra memutuskan untuk pamit kepada nenek tersebut.
“Terima kasih, Nek. Kalau begitu Kyra pergi dulu ya, Nek. Aku ingin berangkat sekolah.”
“Iya, Nak Kyra, silakan. Hati-hati.”
“Iya, Nek.”
Kyra pun kembali menyebrang jalan lalu mengambil sepedanya dan mengayuhnya untuk pergi ke sekolah.
Saat nenek tadi membelainya, Kyra diam-diam meneteskan air mata. Sungguh, ia tak pernah menjadi orang yang dibanggakan orang lain seperti nenek itu memperlakukannya sebagai anak.
Bahkan, Farah pun sepertinya jarang atau bahkan tidak pernah membelai atau mengelus rambutnya seperti yang nenek tua itu lakukan kepadanya.
Namun tidak apa-apa, bagi Kyra hal itu sudah cukup membuatnya bahagia di pagi hari ini karena menurutnya itulah hari pertama ia dibanggakan.
Perkataan nenek tersebut masih terngiang di dalam benaknya. Dan juga sebuah doa yang nenek tua itu katakan padanya.
“Kamu orang baik, Nenek yakin kebaikanmu akan berbuah manis dengan mendatangkan seseorang yang akan merubahmu menjadi pribadi yang cantik luar dalam.”
Seseorang yang akan datang? Siapa? Batin Kyra menerka-nerka.
***
Kyra telah sampai di sekolah, ia memasuki gerbang sekolah dan menuju tempat parkir sepeda untuk memarkirkan sepedanya.
Lalu Kyra berjalan menuju kelasnya, karena kelasnya melewati lapangan otomatis Kyra juga melihat orang-orang yang sedang berada di lapangan.
Mereka adalah anak futsal yang tengah bermain futsal sembari menunggu bel masuk tiba. Dan diantara anak futsal tersebut terlihat Aldo yang tengah ikut bermain futsal.
Entah kebetulan atau bukan, tiba-tiba tatapan mata mereka bertemu. Kyra segera mengalihkan pandangannya, sementara Aldo malah menghampiri Kyra.
“Pagi,” sapa Aldo namun Kyra tidak menjawabnya.
“Cie tadi malam dimarahin ya sama bokap lo?” kata Aldo meledek sembari tertawa, “enak nggak kena marah?”
“...”
“Woi? Kok diem aja sih? Gue nanya sama lo kayak mana perasaan lo tadi malam kena marah dibentak-bentak gitu? Galak juga ya nyokap lo.”
“...”
“Makanya kalau gue minta temenin ke cafe tuh langsung temenin, jadinya lo kena marah kan' kayak tadi malam.”
“...”
“Woi? Kok lo diem aja? Sariawan kah?”
“Kita putus, Kak.” ucap Kyra dengan tegas.
***