"Jadi, Kania sudah akan wisuda?" Revan bertanya saat hendak pulang. Sementara Deon telah pulang lebih dulu sekitar beberapa menit yang lalu. Kania mengangguk sebagai jawaban. "Uum. Apa … apa Papa akan datang?" tanyanya penuh harap namun tak berani menatap papanya. Ia menunduk menatap kedua ibu jari dan jari telunjuknya yang bertaut di di depan perut. "Apa Kania mengizinkan papa datang?" tanya Revan dimana sorot matanya begitu teduh menatap pucuk kepala Kania, mengusapnya kemudian berjongkok di hadapannya. Ia selalu menyukai saat melihat wajah Kania dengan jelas. Melihat setiap ekspresi yang ia buat dan selalu membuat Revan ingin mengukir senyum tipis untuknya. Begitu juga sebaliknya, saat melihat ekspresi kekecewaan Kania, ia juga merasakan sakit dan bahkan tak berani sekedar menatap Ka