45. Peluang Lebih Besar

1323 Kata

"Maafkan mama, Kania." Yuna dan Kania berjalan bersama dengan tangan terpaut. Hari mulai gelap dan sebentar lagi adzan berkumandang. "Maaf ya, Sayang. Mama janji besok akan membelikanmu katsuobushi," ucap Yuna dengan berusaha mengukir senyum kecil. Namun Kania hanya diam bahkan seolah tak mendengarkan. Ia tahu, diamnya Kania pasti karena tengah memikirkan apa yang baru saja terjadi. Namun ia selalu berusaha mengalihkan perhatian Kania walau akhirnya akan sia-sia. Kania menghentikan langkah membuat Yuna pun menghentikan langkahnya. Genggaman tangannya yang bertaut dengan tangan Yuna kian menguat. "Jadi, dia yang menyebabkan pipi mama memar?" tanya Kania dengan tertunduk lesu menahan tangis. Sakit di tangan akibat pukulan tas Nadine tak berarti dibanding rasa sakit di hati. Yuna tak tah

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN