Enggar masih ingin melakukan pemanasan. Kalau perlu, berjam-jam pun tidak apa. Ia ingin balas dendam atas waktu yang sudah ia lewatkan karena keadaan Indah yang memang tidak bisa dijamah. Kain penutup terakhir tubuh Indah sedang Enggar lepaskan. Namun, suara tangis Zafran sukses membuat keduanya seperti sama-sama tersadar. Mata mereka terbuka, saling tatap. Napasnya memburu, seperti habis bermain kejar-kejaran. "Apa malam ini akan gagal lagi, Sayang?" Indah hanya meringis. Wanita itu kemudian merapikan kembali celana lingerienya. Lalu mengenakan lagi daster yang teronggok di lantai. Ia berjalan menuju boks Zafran, menggendongnya. Membawanya ke ranjang. Indah duduk di tepi ranjang. Mengeluarkan salah satu payudaranya untuk memberi Zafran ASI. Indah memang sudah bertekad untuk memberika