"Nona, tuan Abrisam datang dengan kedua orang tuanya. " Aku kaget ketika Boy mengatakan itu. Lewat lima hari yang lalu aku menerima telpon dari pak Abrisam malam malam bahwa dia ingin melamarku. Aku pikir, semuanya hanya sebuah candaan saja. Namun ternyata dia benar benar melakukan keinginannya itu. Jauh jauh dari arab dia membawa kedua orang tuanya dengan tujuan untuk melamar diriku. Terus teraang saja, aku merasa ini sangat mendebarkan. Aku tidak berpikir sedikit pun untuk menikah dengannya. Tapi ketika mereka sudah berada di sini. Masa iya, aku akan menolaknya. "Aduh, boy. Mereka mau ngapain ya ke sini?" Aku bertanya pada Boy, dan malah ditanggapi dengan kedua bahunya yang ia angkat tidak tahu menahu. "loh, apa pak abrisam enggak bilang apa apa sama nona? Misalnya dia mau mengajak

