Pagi itu, Luna duduk di teras rumah sambil menimang baby Arsya yang baru saja tertidur. Matanya lelah, namun bukan karena begadang, melainkan karena pikirannya tak henti dihantui kekhawatiran. Chelsea yang biasanya ceria, pulang sekolah dengan wajah menunduk. "Ayah lagi-lagi disebut pencitraan, Bu," ucap Chelsea lirih sambil meletakkan tasnya. "Teman-teman bilang aku anak yang dipakai buat kampanye." Luna langsung memeluk Chelsea. "Kamu anak yang luar biasa. Jangan dengarkan mereka. Orang-orang hanya tahu apa yang terlihat, bukan apa yang kita jalani." Di sisi lain, Permana tengah menghadapi serangan baru dari Raditya. Kali ini lebih tajam. Dalam sebuah wawancara di stasiun TV nasional, Raditya memutar video Luna saat masih di kampung, mengesankan bahwa Luna 'dipulangkan' karena tak ma
Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari