Cahaya matahari yang baru saja bergerak menyinar bumi mulai masuk di sela-sela jendela sebuah kamar yang ditempati Rafael Erwani. Pria itu tengah berbaring nyaman di ranjang dengan kelopak mata yang mulai bergerak tidak nyaman saat merasakan silau cahay yang mengenai wajahnya. Sambil meringis merasakan pusing di kepalanya, Rafael perlahan membuka kelopak matanya pelan untuk menyesuaikan cahaya yang bertemu dengan bola matanya. Ia bergerak pelan untuk bangun dari pembaringannya dengan tangan yang memijat pelan dahinya, berharap bisa sedikit mengurangi rasa pusing yang ia rasakan. Ketika sudah bisa melihat dengan jelas, barulah Rafael menyadari bahwa saat ini ia tidak sedang berada di kamarnya melainkan di kamar apartemen Bima sahabatnya. “Semalem Bima yang jemput di bar?” gumam Rafael