Medan Pertempuran.

1212 Kata

"Aku juga tidak berkomentar apa–apa, Pak," goda Andini seraya tersenyum kecil. Perasaan hangat menjalar di dadanya. Hannan tidak pernah ingin dipandang seperti malaikat. Lelaki berwajah dingin itu justru lebih suka bila orang lain salah paham dengannya. "Penilaianku terhadap Anda, biar aku yang simpulkan. Yang satu ini tidak masalah, 'kan?" "Terserah padamu." Tak berselang lama dari percakapan singkat di kamar, keduanya memutuskan segera turun. Lingga sudah bersama perawat. Lena, dengan setelan navy dan tas kecil di tangan—sudah berdiri di dekat pintu. Ira berdiri di belakang, mengenakan blazer formal. Mobil mewah telah menunggu. Mereka berangkat bersama. Sepanjang perjalanan, tak banyak percakapan. Tetapi kehadiran mereka—semua orang yang kini mengelilingi Andini—cukup membuat dadany

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN