Empat hari sudah berlalu, sejak kunjungannya di rumah sakit. Wanita yang tengah menggendong putrinya itu terus menunggu kabar dari Widya. Sampai pagi ini, Widya tak kunjung mengabarinya terkait Erick yang sudah datang. Entah memang sengaja atau memang Erick yang tak ingin mengabarinya. Jujur, Sarah tidak peduli di mana Erick berada. Namun, yang Sarah pikirkan adalah bagaimana nasib putrinya?. Ia benar-benar gelisah. "Kak, kenapa melamun?" Suara Melody membuyarkan lamunan. Sarah kembali fokus pada kenyataan Wanita itu menggeleng. "Aku hanya mengantuk." Lagi-lagi Sarah mesti berdusta. "Kalau begitu, biar aku saja yang menggantikan kakak." "Tidak-tidak, kamu harus melihat kedai mu." "Di sana pegawai ku jujur semua kak." "Ya, aku tahu. Tapi kamu juga harus sering-sering mengontrol me