RAMA POV (flashback on) Berhasil masuk satu kampus almamater, satu fakultas, bahkan satu jurusan dengan orang yang menurut kita paling berharga bagaikan keberuntungan yang tiada tara. Meskipun pada akhirnya aku harus bekerja mati-matian saat mendekati ujian demi satu kampus dengan Sabrina—meskipun dengan berdarah-darah, kini rasanya sepadan karena pada akhirnya aku bisa tetap bersamanya. Yah, Sabrina tidak tau kalau aku berusaha mati-matian untuk bisa mendapatkan posisi sampai sekarang. Bahkan aku sering belajar mandiri agar bisa menyamakan kemampuan kami. Sejak kejadian kelas 10, aku sudah jarang bermain bola dan jadi sering menemaninya di perpustakaan. Rasanya, bola tidak mengasyikkan seperti saat aku bisa selalu bersamanya, mengganggunya, dan bercengkrama dengannya. Dia bahkan me