Neriti dengan sabar menyuapi Mario yang duduk diam di kursi rodanya. Pria itu menatap keluar jendela. Matanya kosong. Laki-laki yang dulu gagah itu, kini tak lebih dari sesosok manusia lemah. Ia hanya bisa menatap keluar rumahnya melaluo jendela. Ia bahkan ogah keluar. "Makan dulu, Mar!" bujuk Neriti lembut. Mario yang mendengar suara lembut sang istri justru pura-pura tak dengar. Ia mengabaikan beribu-ribu kata yang dikeluarkan wanita sabar itu sejak awal siuaman. Mario hanya akan bersuara jika ia merasa sudah sangat muak. Ia akan membentak Neriti. Mungkin setelah ini, bentakan akan meluncur. Makian bernada menyakitkan pun seringkali ia lontarkan. "Diam!" Tangan Mario tak kalah jahat. Ia sengaja menyenggol mangkuk berisi bubur ayam buatan Neriti itu dengan kencang. Hingga suara