Kinara masih terbengong di ranjangnya. "Udah kamu pergi aja!" usir Mario geram. Pria itu tampak tak ingin memberi kesempatan Kinara berbicara. Ia mengeluarkan jurus cuek yang dimilikinya. Membunuh suasana. Mendengar itu, Kinara akhirnya mulai membereskan baju-bajunya. Perlahan, tetapi pasti Kinara menyelesaikan pekerjaannya dengan rapi. Tanpa suara. Tanpa bertanya. Ia hanya ingin pergi. "Saya permisi!" ucap Kinara tak kalah dingin. "Nar, kamu tahu enggak, aku berharap banyak sama hubungan kita ini?" "Berharap?" Kinara meletakkan kembali koper yang tadi ingin diseretnya keluar pintu. Kinara kembali menghadapi wajah dewasa nan karismatik itu. Ada tatapan penuh harap di sana. Ada semacam luka yang entah dari mana datangnya. Melihat itu, hati Kinara luluh. Kinara memeluk Mari