Tahu bahwa nenek Darmi adalah nenek kandungnya kak Rama, aku sungguh bahagia. Tak kusangka pria yang selama ini aku kira tidak peduli malah mengawasiku dari kejauhan, pantas saja dia selalu tahu dimana-pun aku berada, nenek Darmi-lah mata-mata kak Rama. Astaga! "Nak, kenapa melamun?! Ayo dimakan!" perintah nenek Darmi, membuatku tersenyum geli menatapnya. "Tunggu kak Rama dulu, Nenek." "Huh! Anak itu kalau sudah menerima telpon, suka lupa jika istrinya belum makan," ucap Nenek Darmi, tampak kesal. "Biar Anna susul, Nek." "Iya, Nak. Pergilah!" ucapnya dan tak lama kemudian aku pergi menghampiri kak Rama. Dia ada di sudut ruangan, wajahnya tampak kesal. Tak hanya itu dia juga seperti terlihat bimbang. "Kak, kenapa lama sekali? Ayo makan!" ajakku pelan. "Anna!" serunya gemetaran. "Kau